TERASBATAM.ID: Puluhan warga di Perumahan Putra Jaya, Kecamatan Tanjung Uncang, Batam, Selasa (1/11/2022) mendatangi kantor pelayanan PT Air Batam Hilir (ABH), yang merupakan perusahaan patungan konsorsium PT Moya Indonesia dan PT PP (Persero). Warga harus membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya, mereka minta Badan Pengusahan Batam bertanggungjawab terkait “babak belurnya” pelayanan air bersih di Batam setelah dikelola oleh PT Moya Indonesia.
Ketua RW 15 Perumahan Putra Jaya usai Azwar Sekendi mengatakan kedatangan warga ke PT ABH sebagai perpanjangan tangan dari distribusi air bersih di wilayah perumahan mereka untuk mencari solusi atas kesulitan warga selama ini mendapatkan air bersih.
“Air baru hidup malam hari, ada yang hidup tapi tidak maksimal, bahkan mati sama sekali. Sudah dua minggu tidak maksimal,” kata Azwar usai melakukan mediasi.
Kemudian Azwar menyebutkan ada lebih dari 4.000 penduduk yang terbagi menjadi dua RW di Perumahan Putra Jaya saat ini kesulitan Air bersih.
Di tempat yang sama seorang warga yang menyebut namanya Simanjuntak mengatakan, sebelum air mati total air hanya bisa mengalir kerumahnya di atas pukul 22.00 hingga dinihari sejak bertahun- tahun.
“Kalaupun hidup di atas jam 10 malam, kalau siang mati total. Kalo ATB masih mending lumayan masih jalan, semenjak orang inilah hidupnya tengah malam,” keluhnya.
Dikatakan Simanjuntak, meski air mati pihaknya tetap membayar biaya beban air karena khawatir meterannya dicopot petugas.
“Sudah dua bulan tetap kita bayar abdomen, Ada yang telat bayar diangkat meterannya,” ujar Juntak panggilan akrabnya.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Simanjuntak terpaksa membeli air galon ataupun air drum yang disediakan warga luar perumahan.
“Kami beli lima galon air, setiap galonnya lima ribu (rupiah) , kadang beli perum yang kadang airnya kuning, air hujan juga kita tampung buat nyuci,” katanya.
Di tempat yang sama Triono salah satu warga RW 8 Perumahaan Putra Jaya menyebutkan bahwa Pelayanan air bersih sejak dikelola PT Moya Indonesia kian hari semakin memburuk. dari mulai air mati hingga air berubah warna.
“Jika ini masih terjadi kesulitan Air tidak ada solusi, kami bersama warga lainya aja turun melakukan aksi, ” ujar Triono .
Sementara itu Humas PT ABH Ginda Alamsyah Lubis menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan dua solusi kepada warga terkait keluhan air macet di Perumahan Putera Jaya.
“Jangka panjang kami berencana akan membangun WTP kapasitas 350 liter perdetik di Muka Kuning untuk kebutuhan air di wilayah (Batam ) timur. Sekarang dalam proses lelang dan diperkirakan selesai dalam dua tahun,” kata Ginda.
Untuk jangka pendek kami akan menyiapkan tangki sesuai kebutuhan warga setiap hari sampai pembangunan WTP selesai.
Menurut Ginda, normalnya air mengalir ke Perumahan Putera Jaya dikarena tingginya pertumbuhan penduduk, sementara belum adanya penambahan WTP (Water Treatment Plan)
“WTP dari dulu hanya ada enam tidak seimbang sama pertumbuhan penduduk yang ada sekarang. Pertumbuhan penduduk masalah waduknya atau wtp-nya kemudian jaringannya dua-dua ini kalau sudah oke mudah-mudahan permasalahan selesai,” ujarnya.
Sejak Badan Pengusahaan Batam menghentikan kerjasama dengan PT Adhya Tirta Batam (ATB) dan melakukan lelang pengelolahan air di Batam banyak keluhan warga terhadap pelayanan yang kini dilakukan oleh PT Moya Indonesia.