Sisi Kehidupan Caddy Golf di Batam, Tak Bergaji dan Sering Jadi Photografer

TERASBATAM.ID: Waktu telah menunjukkan pukul 16.00 WIB, namun “bag” untuk Yuni belum juga didapatnya. Padahal hari itu merupakan hari libur atau off day, namun karena “on call” dari managemen dirinya hadir berharap prediknya membludaknya golfer yang datang membuat dirinya kebagian rezeki.

“ternyata pas jam tiga sore sudah tidak ada tamu yang datang, padahal pas pagi semua caddy yang bertugas hari itu sudah habis, makanya yang off day ditelpon diminta datang,” kata Yuni, seorang Caddy Golf yang bekerja di salah satu lapangan golf ternama yang berada di Kawasan pusat kota Batam.

Menurut Yuni, istilah “bag” merupakan istilah bagi seorang Caddy yang mendapatkan golfer untuk didampingi selama dilapangan, membawakan stick dan jika diperlukan mengemudikan buggy car.

“tetapi saya lebih memilih mendampingi golfer pria dibandingkan perempuan, karena ribet dan capek,” kata Yuni yang berasal dari Sumatera Utara ini.

Menurutnya, golfer perempuan yang menggunakan caddy lebih sering dimintai tambahan tugas sebagai photographer dadakan di banyak momen dan tempat selama berada di lapangan golf. Untuk menyelesaikan lapangan golf dengan 18 hole diperlukan waktu standart selama 4 jam, jika seorang golfer yang baru belajar mengayunkan tongkat di lapangan maka durasi waktu yang diperlukan bisa mencapai 6 jam.

“bayangkan jika selama 6 jam di lapangan golf kita disuruh jadi photographer, capek,” katanya.

Yuni baru bekerja sebagai Caddy di lapangan Golf yang berada di pusat kota sekitar 6 bulan lalu, sebelumnya dirinya magang di lapangan golf yang berada di arah Tanjung Uncang selama beberapa bulan.

“di lapangan golf yang arah Tanjung Uncang sepi pemain, sementara disini kata teman-teman ramai, kan caddy tergantung fee dan tips dari golfer,” kata Yuni.

Menurut Yuni, mayoritas pekerja Caddy seperti dirinya tidak memiliki standart gaji yang dibayarkan oleh management seperti layaknya Upah Minimum Kota (UMK). Pendapatan yang dikantonginya hanya berasal dari Caddy Fee yang dibayarkan pemain serta Tips yang jika sukarela diberikan oleh pemain tersebut.

“makanya kita tergantung sekali mendapatkan giliran untuk mendampingi golfer, jika tidak ya bisa hampa dunia ini,” kata Yuni sambil tertawa kecil.

Menurut Yuni, untuk caddy fee diterimanya pada hari saat dia bekerja, tidak dibayarkan per bulan, demikian juga dengan tips.

“kadang-kadang tips cuma dikasih Rp 50 ribu, kalau ada yang sampai ngasih Rp 500 ribu itu suatu keberuntungan sekali,” kata Yuni.

Setelah pandemic Covid berangsur pulih dengan dibukanya pintu perbatasan oleh Singapura dan Malaysia, lapangan golf di Batam juga kebanjiran golfer-golfer dari negeri seberang. Pilihan bermain golf di Batam adalah pertimbangan harga yang murah jika dibandingkan dengan bermain disana. Asumsinya jika bermain golf di negaranya, biaya yang dikeluarkan sama dengan pergi bermain golf ke Batam yang telah dilengkapi dengan transportasi ferry, hotel dan bermain golf.

Namun bagi Caddy, pemain dari negeri luar seperti Singapura dan Malaysia bukanlah peluang dalam meraup pundi-pundi uang, sebab budaya golfer dari negeri jiran itu tidak mengenal caddy, dan di negaranya bermain golf memang tidak menyediakan caddy untuk melayaninya selama di lapangan.

“Jadi memberi tips itu juga belum tentu mereka lakukan, karena bagi mereka Caddy kan hanya ada disini saja,” kata Mariska, seorang caddy senior.

Cerita akan berbeda jika golfer dari negeri-negeri jiran atau golfer asing membuat appointment khusus dengan seorang caddy diluar jam kerja, tentu juga diluar tanggungjawab management lapangan golf untuk mengurusinya.

“kalau soal itu kembali ke pribadi masing-masing ya,” kata Mariska sambil tersenyum simpul.