Dulu Dijuluki “Garda Terdepan”, Kini Nasib Relawan Covid-19 Itu Tak Jaleh

TERASBATAM.ID: Wajah bidan Rhika boru Simamora terlihat gusar, make up tipis yang menghiasi wajahnya tak mampu menutupi kegundahannya. Relawan di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Pulau Galang itu bersiap-siap mengikuti upacara Purnatugas untuk 139 orang relawan RSKI Pulau Galang, tanda berakhirnya masa bakti mereka disana.

“Banyak sekali janji-janji manis mereka saat kami akan bergabung dengan RSKI ini, salah satunya akan bisa bekerja dimana saja, rumah sakit ini juga katanya memiliki masa kerja yang panjang, tapi kini semua tidak ada yang jelas,” kata Rikha.

Menurut Rikha, hal yang membuat para relawan merasa tidak lagi diperhatikan ialah soal Uang Lauk Pauk (ULP) sebesar Rp 100 ribu per hari yang belum dibayarkan sejak April hingga Desember 2022. Nilainya cukup besar, berdasarkan hitungan Rhika, dirinya bakal mengantongi sebesar Rp 24 Juta.

“Saat ini yang saya pikirkan bukan lagi soal janji-janji manis dulu, tetapi tolong kasih uang ULP itu buat kami, penting sekali untuk melanjutkan kehidupan,” kata Rhika setengah emosi yang tertahan.

Rhika menuturkan, dirinya merasa terpanggil untuk bergabung menjadi relawan RSKI awalnya lebih dilatarbelakangi semangat membantu sesame saat pandemic Covid-19 tengah mewabah, sementara banyak tenaga medis yang menjadi korban karena berada di lini terdepan.

“saya meninggalkan pekerjaan saya sebagai pegawai honorer di Rumah Sakit Embung Fatimah, dan tidak mendengarkan larangan orangtua, akhirnya beginilah nasib yang kami terima,” kata Rhika.

Rhika dan teman-temannya merasa bahwa pada saat pandemic Covid-19 perlakuan yang mereka terima sebagai relawan cukup membanggakan, segala fasilitas dilengkapi, bahkan julukan sebagai Garda Terdepan cukup membuat mereka bangga.

“Tapi saat ini kami seperti ditendang begitu saja, tidak lagi dibutuhkan,” kata Rhika didampingi teman-teman seusianya sesame relawan medis.

Hal senada diungkap Robby, tenaga perawat asal Jambi yang sejak RSKI Pulau Galang beroperasi pada 6 April 2020 dirinya bergabung karena rekomendasi teman sejawatnya sesama perawat.

“Saat itu tengah lockdown, saya datang ke Batam bukan ingin bekerja, tetapi akhirnya disini tak bisa keluar dan melamar bekerja di RSKI, langsung diterima karena memang tidak ada orang yang mau bekerja disini,” kata Robby.

Robby mengaku, dirinya akhirnya “jatuh cinta” dengan pekerjaan tersebut, bagaimana peran RSKI cukup vital dan strategis terutama dalam mengisolasi para pekerja migrant Indonesia yang baru dipulangkan dari Malaysia.

“Sekarang beginilah nasib kami, uang tersebut penting karena memang itu akan jadi penyambung hidup kami, apa rencana kedepannya tergantung pada uang itu,” kata Robby.

Ketua Perwakilan Relawan Rony Hasan kepada Komandan Satuan Tugas RSKI Pulau Galang Brigjen TNI Yudi Yulistyanto meminta agar seluruh relawan diperkenan tetap bertahan di area tersebut, di sisi Masjid sambil menunggu dana ULP yang dinantikan mereka cair.

“Kami tidak berani pulang ke rumah, karena tanpa uang itu saya sendiri bisa dilempar kuali sama isteri dikiranya saya punya isteri lagi, tolong biarkan kami bersama-sama dulu sampai uang tersebut dicairkan,” kata Rony.

Sementara itu menanggapi keluhan dari para relawan RSKI Komandan Satuan Tugas RSKI Pulau Galang Brigjen TNI Yudi Yulistyanto yang juga Komandan Korem 033 Wira Pratama meminta kepada mereka bersabar dan berdoa.

“Saya sebagai Dansatgas bertanggungjawab untuk memperjuangkannya, saya minta kalian semua berdoa,” kata Yudi.

Bahkan saat selesai upacara pemberian piagam penghargaan kepada para relawan, secara spontan Yudi dengan pengeras suara meminta kepada ajudannya untuk mengambil tas miliknya di Mobil Dinas Jeep Wranggler yang terparkir agak jauh dari lokasi upacara.

“JIka kalian mau buat acara perpisahan, saya cuma bisa bantu segitu ya, itulah kemampuan saya,” kata Yudi sambil merogoh uang sebesar Rp 10 Juta lembaran berwarna merah yang diberikan secara simbolis kepada perwakilan relawan.

Suasana haru menyelimuti para relawan, sebagian diantaranya terlihat berkaca-kaca, beragam rasa di dadah, dan hanya mereka yang tahun. Nun diujung pulau Galang, sejak 6 April 2020 hingga 21 Desember 2022 mereka mengabdikan dirinya sebagai garda terdepan melawan virus Corona, namun kini ketika virus ganas tersebut perlahan hilang, nasib mereka pun bak seperti virus, hilang dari perhatian.