Terasbatam.id: Operasi militer yang telah diputuskan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (24/02/2022) terhadap Ukraina sebagai titik awal perang antara kedua negara. Perang tersebut pada akhirnya memaksa negara-negara North Atlantic Treaty Organization (NATO) juga untuk ikutcampur. Bagaimana jika perang antara Rusia dan Ukraina berlangsung dalam jangka waktu yang lama? Apa dampaknya terhadap pabrik-pabrik Multinational Corporation yang beroperasi di Batam? Berikut analisa pengamat ekonomi.
Akademisi Univeritas Internasional Batam (UIB) Suyono Saputro kepada www.terasbatam.id, Sabtu (26/02/2022) mengatakan, efek langsung dari perang Rusia vs Ukraina ialah kenaikan harga minyak per barel menjadi US $ 100, kenaikan masih akan terus terjadi beberapa hari kedepan.
“Secara parsial harga minyak yang naik terlalu tinggi membuat harga energi juga meningkat terutama negara untuk negara yang masih bergantung pada pembangkit berbasis bbm (bahan bakar minyak). Bagi Indonesia ini akan mempengaruhi beban APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) dalam memberikan subsidi listrik karena kenaikan harga biaya produksi listrik,” kata Suyono.
Sementara bagi negara penghasil minyak, menurut Suyono, kenaikan harga ini bisa membuat negara importir menahan pembelian dan pada akhirnya produksi minyak bisa saja terhenti karena pasar tidak kondusif.
“Kondisi ini bisa membuat nilai tukar dolar bergerak naik jika ini terjadi maka semua produksi berbahan baku impor pasti terdampak dalam jangka pendek. Termasuk industri manufaktur di Kawasan, ” kata Suyono.
Menurut Suyono, analisa lebih dalam dapat diketahui bagaimana konstalasi konflik antara kedua negara dalam beberapa hari kedepan.
“Jika konflik ini membuat ekonomi global melambat maka permintaan global juga melambat. Industri berbasis ekspor tujuan eropa kemungkinan akan terdampak perlambatan. Demand (permintaan) melambat maka produksi pun melambat,” katanya.
Jika situasi sudah pada tahap tersebut, menurut Suyono, maka Pabrik-pabrik, termasuk pabrik industry manufaktur Multinational Corporation yang beroperasi di banyak Kawasan industry di Batam terpaksa mengurangi jam produksi.
“Dalam jangka panjang sudah pasti ada pengurangan pekerja. Kita masih menunggu langkah antisipasi pemerintah dari sisi fiskal dan moneter terutama dalam meningkatkan daya tahan ekonomi domestik jika efek konflik semakin meluas,” katanya.
Seperti diketahui hampir sebagian besar industry manufaktur electronic yang beroperasi di Batam berbasis eksport dengan market eropa, konflik yang terjadi di eropa tentu secara tidak langsung akan menentukan keberlangsungan industry disini. (fp)