TERASBATAM.ID: The Singapore Food Agency (SFA) menerbitkan Media Release pada 20 April 2023 yang menyebutkan bahwa mulai 23 April 2023 sementara ini import babi dari pulau bulan ke Singapura dihentikan sementara karena ditemukan seekor babi terjangkit virus African Swine Fever (ASF). Pulau Bulan menyuplai 15 persen dari total kebutuhan babi di negeri jiran tersebut.
Pulau Bulan sendiri kini lebih dikenal sebagai pulau babi, dengan jarak sekitar 2,5 kilometer sebelah Barat Daya Batam. Peternakan babi tersebut mulai dibuka oleh Group Salim pada awal tahun 1986 guna memenuhi kebutuhan babi di Singapura. Eksport perdana mulai dilakukan ke negara tetangga tersebut mulai 1987.
Peternakan babi PT Indo Tirta Suaka (ITS) yang berada di Pulau Bulan memiliki luas lahan sebesar 1.500 hektare, dengan jumlah babi ternak sebanyak 240.000 ekor dengan populasi per hari sebanyak 2.000 ekor, setiap harinya PT ITS mengeksport babi ke Singapura dengan jumlah yang bervariasi antara 900 ekor hingga 1.300 ekor dengan harga sekitar S$ 2 per kilogram.
PT ITS memiliki peran penting bagi kebutuhan babi di Singapura, karena 15 persen, menurut SFA, pasokan berasal dari PT ITS dari 5.000 ekor babi kebutuhan di Singapura setiap harinya. Pihak Singapura sendiri secara langsung ikut mengawasi peternakan babi di pulau ini untuk memastikan sterilnya populasi babi disana.
Pada tahun 2019 lalu Karantina Pertanian Tanjungpinang telah mensertifikasi ekspor babi ke Singapura sebanyak 304.509 ekor dengan nilai ekonomis Rp. 130,53 miliar.
Jumlah ini setara dengan peningkatan 30 % dari total jumlah ekspor ditahun 2018 yang hanya mencapai 233.669 ekor dengan nilai ekonomis Rp. 61.72 miliar.
Kepala Karantina Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Aris Hadiyono mengatakan, Senin (24/04/2023), tidak seluruh babi dari peternakan PT ITS di Pulau Bulan dikirim ke Singapura, ada sedikit pasokan yang disuplai untuk kebutuhan babi di Batam dan sekitarnya.
“Tetapi saya mesti lihat data dulu berapa jumlahnya,” kata Aris.