TERASBATAM.ID: Limbah minyak hitam sejak dini hari, Rabu (03/05) menyelimuti pesisir Batam di wiilayah Kampung Melayu Nongsa. Kepolisian Daerah Kepulauan Riau memperkirakan tumpahan limbah minyak hitam tersebut berasal dari Kapal Tanker berbendera Gabon yang terbakar di perairan Malaysia pada Senin (01/05) lalu.
Direktur Direktorat Reserse Khusus (Direskrimsus) Polda Kepulauan Riau Kombes Pol Nasriadi, Rabu (03/05) mengatakan, sumber limbah hitam yang mencemari pesisir Kampung Melayu, Batam, berasal dari kebakaran kapal di Perairan Malaysia.
“Minyak itu diperkirakan tumpahan over limit di perairan Malaysia terbawa ke sini. Minyak itu dari kapal terbakar di perairan Malaysia. Kapal terbakar,” kata Nasriadi.
Kesimpulan tersebut, menurut Nasriadi ketahui dari monitor satelit yang diperoleh pihak Kepolisian Daerah Kepulauan Riau. Berdasarkan data yang ada, Kapal tanker yang terbakar itu merupakan kapal MT Pablo berbendera Gabon dengan rute China – Singapura.
“kami akan berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk membersihkan limbah. Kemudian, berkoordinasi dengan pihak Syahbandar untuk melakukan penyedotan limbah yang berada di pantai menggunakan kendaraan tangki karena kapal penyedot dari KSOP tidak bisa sandar,” kata Nasriadi.
Dari hasil Satelit Print pada tanggal 30 April 2023, ada tiga lokasi tumpahan minyak yang berada di out port limit (OPL) timur dengan luasan estimasi tumpah 13,70 Km menurut perkiraan kejadian cemaran di garis pantai Kampung Melayu Batam punya hubungan dengan tumpahan yang terjadi di OPL timur.
“Kita juga berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan KSOP untuk mencari fakta-fakta terkait asal usul limbah tersebut,” kata Nasriadi.
Tokoh Masyarakat Kampung Melayu Nongsa, Khairul Bahri mengatakan, limbah minyak hitam tersebut mulai tampak mencemari pantai pada pukul 07.00 tadi pagi.
“Sejak pagi tadi kita tidak bisa beraktivitas seperti biasa, karena limbah minyak hitam itu merusak jaring penangkap ikan,” kata Khairul.
Khairul mengatakan, saban tahun dan biasanya saat musim angin kencang, bibir pantai di pesisir Batam memang seringkali menerima kiriman limbah minyak yang berasal dari kapal-kapal tanker yang membuang limbahnya secara illegal.
“Setiap limbah seperti ini datang ke Batam, nelayan disini praktis tidak bisa mencari nafkah sementara waktu, mungkin butuh waktu seminggu,” kata Khairul.
Khairul berharap pemerintah untuk turun tangan mengusut pembuangan limbah minyak hitam yang sering terjadi di Batam.