TERASBATAM.ID: Warga Pulau Rempang menggelar berbagai kegiatan pada Rabu (11/9/2024) untuk memperingati setahun bentrokan yang terjadi dalam aksi damai yang berujung kerusuhan di depan Gedung Badan Pengusahaan (BP) Batam pada 11 September 2023.
Kegiatan peringatan ini digelar di empat kampung, yakni Kampung Sembulang Hulu, Sembulang Pasir Merah, Sungai Buluh, dan Kampung Pasir Panjang. Warga menggelar doa bersama, atraksi budaya, dan kegiatan seni sebagai bentuk apresiasi atas solidaritas yang ditunjukkan masyarakat luas terhadap perjuangan mereka.
“Buat kami, kami tidak akan lupa kejadian di tanggal 11 September 2023. Hari ini kami membuat acara untuk memperingati setahun kejadian itu berlalu,” kata Ruslan, warga Rempang.
Warga Rempang terus berjuang menjaga kampung yang diwariskan nenek moyang mereka. Mereka mendesak Proyek Rempang Eco City dihentikan demi terjaganya eksistensi kampung.
Ketua Umum YLBHI, Muhammad Isnur, melihat perjuangan masyarakat Pulau Rempang sebagai gambaran bahwa mereka tengah berjuang menegakkan prinsip dasar negara Indonesia. Negara yang seharusnya menjamin hak dasar bagi masyarakatnya, justru berbuat sebaliknya di Pulau Rempang dengan dalih pembangunan ekonomi.
Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Zenzi Suhadi, mengatakan sikap masyarakat Melayu Pulau Rempang yang terus berjuang adalah warisan dari leluhur mereka yang tidak tunduk dari penjajah.
Zenzi juga menyoroti kerugian ekonomi Indonesia akibat pengembangan Pulau Batam sebagai kawasan pelabuhan bebas. Ia melihat gambaran sebenarnya pelabuhan bebas Batam, Bintan, dan Karimun adalah bentuk legalisasi terhadap maraknya penyelundupan yang sangat menguntungkan negara tetangga.
“Bukan hanya PSN Rempang Eco City yang harus dibatalkan, Otorita Batam (Badan Pengusahaan) Batam juga harus segera dibubarkan, dikembalikan seperti pemerintah biasa,” tambahnya. [sumber: press release tim advokasi solidaritas nasional untuk Rempang]