TERASBATAM.ID: Menurut Imam al-Ghazali dalam bukunya Ayyuhal walad Guru bagaikan minyak wangi. Seorang guru itu harus wangi dengan ilmunya dan menyebarkan wewangian kepada lingkungan yang ada disekitarnya, ia menjadi aromatherapi bagi masyarakat yang haus dengan ilmu pengetahuan dan nasehat yang berharga. Imam al-Ghazali juga menyebut guru sebagai orang besar, ia mengumpamakan bagaikan matahari yang menerangi dan memberikan kehidupan bagi manusia. Rasulullah SAW bersabda;’ Barang siapa yang menunjukkan/mengajarkan kebaikan, pahalanya sama dengan orang yang melakukan kebaikan itu’’ (H.R Muslim dari Ibnu Mas’ud dalam kitab Faidul Qadir, Penulis Al-Imam Al-Manawy rahimuahullah).
Slogan guru digugu dan ditiru ini memiliki makna yang dalam bagi kehidupan seorang guru. Landasan falsafah di balik slogan ini adalah bahwa sosok seorang guru dapat dipercaya dan ditiru. Dalam falsafah Minang disebut “kalau guru buang aie sambie tagak, mako murid akan buang aie sambie balari” yang dalam bahasa agamanya disebut “Qudwah dan Uswah yang artinya ikutan dan suritauladan’’ berbicara tentang guru ditiru dan digugu serta guru ikutan dan tauladan maka rujukan pertama adalah nabi Muhammad SAW, yang jelas-jelas dinyatakan Allah SWT dalam firmannya Q.S al-Ahzab ayat 21, Micheld Hard dalam bukunya 100 tokoh paling berpengaruh didunia dia telah berani memposisikan nama nabi Muhammad SAW padan urutan pertama,, pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) ke-72 yang jatuh tanggal 25 November 2017, eksistensi seoarang guru semakin dituntut dan keteladanan nya sangat didambakan. Hal ini mengisayaratkan bahwa dalam berbagai kegiatan kehidupan, masyarakat berharap guru sebagai tauladan. Ketika di sekolah/madrasah guru menjadi panutan bagi siswanya.
Dalam konteks sekolah/madrasah, guru dipercaya karena diharapkan guru akan selalu menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan yang bermanfaat bagi kehidupan siswanya baik secara akademis maupun pribadi. Guru juga diharapkan bertingkahlaku sesuai dengan azas moral dan adat istiadat setempat serta menjunjung tingi kode Etik Guru. Secara komulatif diharapkan hasil pendidikan di sekolah/madrasah dengan anak didik yang berasal dari berbagai keluarga yang latar belakangnya berbeda akan menjadi kelompok masyarakat yang madani.
Sekolah/madrasah yang penyenggaraannya harus dipimpin oleh para guru memiliki peranan penting bagi tumbuh kembangnya masyarakat. Tingkah laku yang muncul di masyarakat mau tidak mau tetap diwarnai oleh apa yang dianut oleh para guru, yang didalamnya ada kelompok kepala sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/madrasah, dalam menyelenggarakan proses mendidik. Untuk mewujudkan hal tersebut seorang guru setiadkanya harus memiliki sifat-sifat berikut ini.
- Bertanggung jawab
Ketika seseorang memutuskan untuk mengambil profesi menjadi guru, maka ia harus memahami bahwa ia sedang memutuskan untuk menjadi bagian dari kehidupan individu-individu yang dididiknya. Secara bawah sadar, anak didik yang bernaung di kelasnya berharap banyak bahwa mereka akan mendapat berbagai pengetahuan dan kemampuan untuk bekal hidupnya. Harapan tersebut tentu saja juga merupakan harapan orang tua, masyarakat, dan negara. Dalam rangka melaksanakan tugasnya tersebut, sebagai guru, ada empat aspek penting yang tidak dapat dipisahkan yaitu kemampuan mendidik, ketrampilan mengajar, memimpin dan kemampuan spriyual. Keempat hal tersebut tidak cukup didapatkan melalui jenjang pendidikan formal. Diperlukan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat melalui pengayaan pengetahuan, peningkatan berbagai ketrampilan serta peningkatan kualitas betringkah laku dan bertutur kata. Inilah wujud bahwa memilih profesi guru menuntut kesadaran untuk bertanggung jawab atas kemampuan dirinya agar dapat memampukan anak didiknya.
Selain itu wujud tanggung jawab seorang guru adalah pada keasadaran dirinya untuk menjdi tauladan bagi lingkungan. Masyarakat pada umumnya melihat guru sebagai ukuran moral seseorang. Masyarakat tidak perlu tahu seorang guru mengajar dimana dan mengampu pelajaran apa, ketika disebut guru maka yang terpikir adalah sosok seorang yang menampilkan sikap moral yang luhur. Ketika terdengar pelanggaran yang bersifat moral dilakukan oleh seorang guru maka seolah-olah kecaman jauh lebih berat. Oleh sebab itu tanggung jawab untuk menampilkan diri sebagi sosok yang dipercaya baik oleh siswa maupun masyarakat menjadi sangat penting.
- Menjadi sosok yang tetap dipercaya
Agar menjadi sosok yang tetap dipercaya seorang guru perlu meningkatkan berbagai pengetahuannya, bukan hanya pengetahuan tentang mata pelajaran yang ditekuni saja. Pengetahuan tentang seluk beluk perkembangan fisik dan mental anak wajib dipahami oleh setiap individu agar guru bisa membantu siswa lebih maksimal. Pengetahuan merancang proses pembelajaran yang bervariasi juga mutlak dikuasai guna memahami cara mengelola kelas yang memberi kesempatan anak didik untuk belajar. Guru perlu menguasai pengetahuan untuk memimpin dan menfasilitasi pembelajaran secara menyeluruh. Masih banyak lagi tentunya daftar pengetahuan yang perlu dikuasai oleh seorang guru.
Namun seluas apapun pengetahuan seorang guru belum akan berdampak pada pelaksanaan tugas profesinya sebelum diwujudkan dalam ketrampilan dan kecakapan praktis serta tingkah laku. Komunitas sekolah/madrasah dan kelas memiliki fungsi sebagai laboratorium yang dinamis bagi para guru, termasuk di dalamnya kepala sekolah/madrasah maupun pengawas sekolah/madrasah untuk mengasah ketrampilan mengajar, mendidik, dan memimpin berdasarkan pengethuan yang dikuasai.
Di dalam kelas guru mengimplementasikan pengetahuan pengelolaan siswa, aktifitas dan materi ajar, guna memenuhi hasrat belajar setiap individu anak didik. Setiap saat guru wajib melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan di kelas. Dengan demikian guru secara otomatis meningkatkan ketrampilan dan sikapnya. Guru dalam setiap langkahnya diharapkan memiliki tujuan untuk meningkatkan kapasitas siswanya. Dalam kelas dimana setiap anak memiliki hak untuk berkembang, menuntut guru untuk selalu bersikap adil dalam melayani anak didik. Keadilan mengelola siswa adalah wujud upaya guru agar tetap dipercaya baik oleh siswa maupun masyarakat.
- Ikhlas
Segala perbuatan tergantung pada niatnya. Ikhlas merupakan merupakan suara batin yang tidak perlu diumbar dan diucapkan berkali-kali bahkan iklhlas apabila telah diucapkan akan akan dipertanyakan kemurnian ikhlasnya, hal ini diisyaratkan dengan sebuah nama surat dalam al-Qur’an yakni surat al-Ikhlas, dari 114 surat dalam al-qur’an hanya surat al-Ihklas saja yang tidak ada kalimat/isi yang sesuai dengan nama surat tersebut didalamnya, sementara 113 surat lainnya tetap ada kalimat yang menjadi nama surat tersebut didalam isi suratnya. Nabi mengajarkan bahwa seorang guru dalam mengajar harus berlandaskan niat ikhlas yang suci dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Niat yang ikhlas akan menjadi penentu maksud suatu perbuatan. Niat ikhlas terletak didalam hati. Bukan diluar, gambaran suatu perbuatan yang dilakukan oleh seorang manusia. Allah hanya akan menilai suatu perbuatan dari niatnya. Karena niat didalam hati menjadi esensi penting dari sebuah perbuatan. Rasul Saw bersabda “sesungguhnya Allah tidak memandang kepada tubuh dan rupa kalian, akan tetapi Dia memandang kepada hati dan amal-amal kalian.”(H.R Muslim)
Wahai guru di tanganmulah negeri ini menitipkan kaum mudanya untuk dikembangkan menjadi warga negara yang akan tetap menjunjung tinggi martabat bangsa.
Oleh : Dafril, Tuanku Bandaro
Guru MTsN 1 Kota Padang dan MTsS TI Batang Kabung
(seperti yang dikutip dari https://sumbar.kemenag.go.id/)