TERASBATAM.ID: Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dengan Malaysia Search and Rescue menggelar latihan bersama SAR ke 41 yang melibatkan seluruh potensi SAR yang dimiliki oleh kedua negara dalam menangani insiden di perbatasan. Singapura menginginkan agar latihan SAR dilakukan secara bersama-sama antara Indonesia – Malaysia dan Singapura karena ruang udara di wilayah tersebut menjadi otoritas negara tersebut.
Deputi Operasi Basarnas Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyanto, Rabu (21/09/2022) mengatakan, Singapura ingin latihan bilateral antara Indonesia dan Malaysia atau Malindo itu menjadi trilateral yang melibatkan Singapura.
“Singapura ingin agar digelar SAR Exercise Trilateral, namun karena perjanjiannya ini bilateral antara Indonesia dan Malaysia maka mungkin akan dibuatkan satu chapter lagi yaitu tiga negara,” kata Ribut.
Menurut Ribut, alasan Singapura dilibatkan dalam latihan tersebut karena latihan bersama dalam operasi SAR itu turut melibatkan pesawat udara dan helicopter, sementara wilayah penerbangan yang dilakukan menggunakan wilayah udara yang holdingnya berada dibawah otoritas Singapura atau Changi Airport.
“makanya Singapura sudah menyarankan kepada kita kenapa kita tidak membuat latihan trilateral SAR Malaysia, Indonesia dan Singapura. Ini ide yang baik kedepan akan kita rencanakan, dalam perencanaan latihan kita tidak terlepas dari system perencanaan anggaran, kita harus menyusun perencanaan anggaran dulu, dan menghubungi SAR Singapura dan SAR Malaysia terlebih dahulu,” kata Eko.
Malindo SAR Exercise digelar sejak 20 sampai dengan 22 September, Basarnas mengerahkan KN SAR Purworejo milik Basarnas, KN Babura TNI AL, KN Laksmana milik Polisi Perairan dan KN Belut Laut milik Bakamla. Sedangkan dari unsur udara dilibatkan Helly Rescue 1522 milik Basarnas. Sedangkan Malaysia akan menurukan dua helicopter jenis AW sebanyak dua unit disamping sejumlah unsur kapal laut milik negara tersebut.
Basarnas mencatat sepanjang tahun 2019 hingga 2022 ini terdapat 11 accident di perbatasan yang penanganannya melibatkan SAR Indonesia dan Malaysia. Accident didominasi oleh kapal-kapal kayu tradisional pengangkut Pekerja Migran Indonesia (PMI) illegal yang mengalami musibah di laut.