TERASBATAM.ID: Tekanan inflasi di Kepulauan Riau (Kepri) pada bulan Maret 2024 masih terkendali di tengah meningkatnya permintaan menjelang Ramadan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Kepri secara month-to-month (mtm) mencapai 0,46%. Secara spasial, inflasi di Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kabupaten Karimun masing-masing sebesar 0,45% (mtm), 0,35% (mtm), dan 0,53% (mtm).
“Secara tahunan, inflasi Kepri mencapai 3,37% (yoy), yang masih berada dalam kisaran target inflasi nasional yaitu 2,5±1%,” kata Wakil Ketua TPID Kepri yang juga Kepala BI Perwakilan Provinsi Kepri Suryono, Rabu (3/4/2024).
Suryono menjelaskan, inflasi di Kepri terutama disebabkan oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau seperti cabai merah, telur ayam ras, kangkung, dan ayam hidup seiring dengan meningkatnya permintaan pada bulan Ramadan.
“Kenaikan harga juga terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, khususnya emas perhiasan seiring dengan meningkatnya harga komoditas emas secara global,” ujarnya.
Namun, Suryono menuturkan, beberapa komoditas seperti ketimun, tomat, jeruk, kacang panjang, dan bawang merah membantu menahan laju inflasi.
“Penurunan harga komoditas tersebut didukung oleh ketersediaan pasokan yang memadai di tengah musim panen,” imbuhnya.
Suryono mengatakan, terkendalinya inflasi di Kepri tidak lepas dari peran TPID di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam melaksanakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
“Hingga Maret 2024, TPID telah menggelar 92 operasi pasar di seluruh kabupaten/kota se-Kepri. Kegiatan operasi pasar akan terus dintensifkan menjelang Hari Raya Idul Fitri,” paparnya.
Selain itu, TPID Kepri juga telah melaksanakan program budidaya Gerakan Sekolah Menanam (GSM) Cabai di lingkungan SMA/SMK se-Kepri, serta upaya pengendalian ekspektasi inflasi dengan himbauan belanja bijak melalui berbagai media.
“TPID Kepri juga terus memperkuat peran BUMD dalam pengendalian inflasi melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) untuk komoditas cabai dari Sulawesi Utara dan Aceh,” kata Suryono.
Ke depan, TPID akan terus mengantisipasi risiko inflasi melalui sinergi dan koordinasi antar lembaga/instansi.
“Beberapa risiko tekanan inflasi antara lain: (i) kenaikan permintaan terhadap komoditas pangan secara umum menjelang Hari Raya Idul Fitri; (ii) berlanjutnya kenaikan harga beras sejalan dengan kebijakan relaksasi HET yang diperpanjang hingga bulan April; serta (iii) kenaikan harga komoditas aneka rokok,” paparnya.
Untuk menjaga stabilitas harga dan inflasi, TPID akan terus mendorong peningkatan produksi pangan lokal, mengoptimalkan KAD, mendorong inovasi dalam budidaya pertanian, dan menyelenggarakan kegiatan pasar murah dan Gerakan Pangan Murah (GPM).
“TPID juga akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan kelancaran distribusi pasokan,” pungkas Suryono.


