TERASBATAM.ID: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI mencatat pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Pasar Modal Indonesia menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah yaitu pada level 7.318,016 dengan nilai kapitalisasi pasar menyentuh Rp 9.560 Triliun pada kuartal III tahun ini. Bahkan Pasar Modal Indonesia diklaim tumbuh positif dan menyalip Singapura.
Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 1A Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI, Ona Retnesti Swaminingrum, perkembangan pasar modal Indonesia masih bagus dan berada di urutan keempat di seluruh dunia.
Menurut Ona, pertumbuhan IHSG telah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah di level 7.318,016, dan nilai kapitalisasi pasar menyentuh Rp 9.560 triliun, di kuartal III tahun 2022.
“Perkembangan pasar modal di Indonesia masih bagus, berada di urutan keempat di seluruh dunia,” kata Ona, dalam kunjungannya ke Batam , Provinsi Kepri, Senin sore (07/11/22).
Dari sisi jumlah, menurut Ona, investor Pasar Modal di Indonesia juga meningkat 33,53 persen, yakni bertambah dari 7.489.337 investor di tahun 2021 menjadi 10.000.628 di tahun 2022. Sebagian besar, investor domestik justru didominasi penduduk usia kurang dari atau sama dengan 30 tahun sebanyak 59,08 persen, tetapi nilai asetnya terendah, yaitu hanya 53,38 triliun.
Sementara itu, di wilayah Kepri, jumlah investor, jumlah emiten, dan jumlah kantor cabang perantara pedagang efek terpantau meningkat. Jumlah investor di Kepri naik 19,7 persen dari 80.757 menjadi 100.557 di tahun 2022.
Kemudian, terdapat tambahan satu perusahaan yang telah melantai di bursa Pasar Modal, sehingga jumlah emiten bertambah menjadi 5 emiten tahun ini. Selain itu, jumlah kantor cabang perantara pedagang efek dan penjamin emisi efek di Kepri bertambah menjadi 16.
“Kepri ini sangat potensial, karena memiliki populasi di tahun 2021 mencapai 2,06 juta jiwa, dengan kelompok penduduk usia produktif capai 69,1 persen atau 1,42 juta jiwa,” ujar Ona.
Ona menambahkan, meskipun beberapa indikator Pasar Modal menunjukkan peningkatan kinerja secara umum, namun kinerja Reksa Dana masih mengalami sedikit penurunan.
Sampai dengan 2 November 2022, total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana menurun sebesar 10,34 persen dari Rp 578,44 triliun per 30 Desember 2021 menjadi Rp 518,64 triliun. Sementara itu, total Asset Under Management juga mengalami penurunan sebesar 2,60 persen dari sebelumnya, yakni Rp 850,73 triliun menjadi Rp 828,62 triliun.
Selanjutnya, terkait dengan perkembangan Pasar Modal syariah, sampai tanggal 3 November 2022, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ditutup pada 206.81 poin, naik sebesar 9,41 persen dibandingkan indeks ISSI pada 30 Desember 2021 sebesar 189.02 poin.
Beralih ke Sukuk Korporasi, selama kurun waktu Januari sampai dengan 28 Oktober 2022, terdapat penerbitan untuk 215 seri Sukuk Korporasi dengan total nilai sebesar Rp 40.36 triliun, dibandingkan dengan data akhir tahun 2021 yang hanya menerbitkan Sukuk sebanyak 189 dengan total nilai emisi sebesar Rp 34.77 triliun.
Namun demikian, jumlah Reksa Dana syariah mengalami penurunan, dari sebelumnya 289 menjadi 271 Reksa Dana per 28 Oktober 2022.
“OJK terus berkomitmen dalam mewujudkan Pasar Modal yang teratur, wajar efisien serta melindungi kepentingan investor dan masyarakat,” tambah Ona.
Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perusahaan-perusahaan potensial, khususnya di Kepulauan Riau (Kepri) untuk memanfaatkan pasar modal sebagai alternatif sumber pendanaan melalui IPO (go public).
Sementara itu Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan Pasar Modal Indonesia di regional tumbuh positif bahkan melebihi Singapura.
“Pasar modal kita saat ini di atas Singapura walupun sempat ditutup sementara, ini pertumbuhan positif, bahkan mencapai 15 triliun (transaksi) perhari” Kata Jeffry.