Terasbatam.id: Hakim Frank Caprio selalu memberikan apresiasi kepada pelanggar lalu lintas atau tindak pidana ringan yang hadir di persidangan dengan anggota keluarganya. Seperti isteri yang melanggar traffick light atau melaju kendaraan dengan kecepatan tinggi hadir bersama suaminya, atau seorang anak gadis yang ditemani ayahnya atau ibunya.
“Ini menunjukkan keutuhan keluarga sebagai unit terkecil dalam negara kita Amerika,” kata Frank Caprio dalam suatu sesi persidangannya.
Tentu wajah Frank Caprio (85) tidak asing bagi kebanyakan orang, melampaui wilayah tugasnya di Rhode Island, Providence di Amerika Serikat. Sikap bijaksananya dalam memutuskan perkara menyentuh banyak hati dari seluruh dunia.
Potongan video persidangan Frank Caprio bisa disaksikan di banyak flatform, mengundang tawa dan haru. Frank sendiri sampai mendirikan Yayasan Filomena, nama ibu kandungnya, untuk menyalurkan uang yang terkumpul dari mereka yang bersimpati terhadap orang-orang miskin yang melanggar dan diwajibkan membayar denda.
Itu kisah tentang Frank, pernyataannya soal keluarga adalah unit terkecil dalam suatu negara sesuatu yang patut diapresiasi dan ditelaha untuk menyikapi situasi kekinian dan fenomena yang terjadi di daerah ini.
Fenomena soal 60 persen lulusan Sekolah Menengah Lanjutan (SMA) di Kepri tidak lagi melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, lebih ironis lagi mereka juga tidak terserap lapangan pekerjaan yang tersedia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di Kepri dari total 119.593 angka pengangguran di Kepri, sebanyak 36,80 persen merupakan tamatan SMA yang tamat pada Agustus 2021 lalu.
Sementara Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau mencatat sebanyak 60 persen dari total lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kepri jadi pengangguran karena tidak memiliki keahlian, hanya sekitar 20 hingga 30 persen yang melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sedangkan 10 persen lainnya langsung bekerja.
Menyikapi fenomena tersebut Dinas Pendidikan Provinsi Kepri berencana membuat program SMA Double Track atau Jalur Ganda, yaitu sekolah yang akan memberikan Pendidikan keahlian tertentu kepada siswanya, seperti welding (mengelas) reparasi alat elektronik dan sebagainya.
Namun program tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan, soal pola Pendidikan yang sama dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan menimbulkan dilema bagi siswa yang bersekolah di SMA.
Sementara siswa-siswa di SMK yang telah mendapatkan keahlian tertentu saja masih berjuang bagaimana agar keahlian mereka itu mendapatkan sertifikasi sehingga dapat diakui oleh pasar tenaga kerja.
Tidak disebutkan bagaimana hingga 60 persen Lulusan SMA jadi pengangguran, apakah karena akses ke perguruan tinggi negeri atau pun swasta terlalu sulit, salah satunya karena biaya yang mahal atau karena kemajuan teknologi menyebabkan banyak generasi muda kehilangan selera untuk menempuh Pendidikan formal?
Jika memang alasan utama karena akses finansial, maka langkah Hakim Frank Caprio patut kita contoh dengan sebaik-baiknya, jika memang contoh di dalam negeri kita sendiri sudah terlalu tipis untuk hal seperti itu.
Bagaimana pun angka 60 persen anak-anak muda di Kepri tidak melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seharusnya menjadi tamparan keras bagi kita semua. Mereka adalah masa depan keluarganya, masa depan daerah ini, dan tentu masa depan negara kita.
Mereka seharusnya tetap bersekolah….. (F)