Terasbatam.id: Kantor Badan Bahasa Provinsi Kepri menyebutkan sastra lisan melayu di sejumlah daerah di Kepri terancam punah karena jumlah penutur sastra lisan semakin sedikit. Bahkan di Kabupaten Lingga jumlah penutur tinggal dua orang yang sudah berusia lanjut.
Walaupun kondisi sastra Lisan Melayu di sejumlah daerah di Kepri dalam kondisi yang memprihatinkan namun Kementerian Pendidikan melalui Kantor Badan Bahasa tidak memasukkan hal tersebut dalam program revitalisasi Bahasa Daerah. Program revitalisasi Bahasa Daerah tahun ini dianggarkan untuk 12 Provinsi.
Kepala Kantor Badan Bahasa Provinsi Kepulauan Riau Asep, Senin (21/02/2022) mengatakan, Kepri tidak masuk dalam program revitalisasi Bahasa di 12 Provinsi karena Bahasa melayu merupakan dasar Bahasa Indonesia.
“Bahasa Melayu sebagai bahasa Ibu di Kepri dianggap masih kuat, sementara daerah – daerah lain yang 12 provinsi itu bahasa daerahnya multi seperti bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) berapa serta beberapa daerah lainya, terutama di daerah Indonesia Timur,” kata Asep.
Asep mengaku, kondisi Sastra Lisan Bahasa Melayu saat ini memprihatinkan dan terancam punah. Seperti di daerah Kabupaten Lingga, jumlah pelaku sastra Lisan Melayu hanya tinggal dua orang dengan usia yang sudah sepuh, diatas 60 tahun. Bahkan di Kabupaten Natuna nyaris hilang.
“Untuk Sastra Melayu Lisan sangat mendesak dilakukan revitalisasi,” kata Asep.
Menurut Asep, pihaknya telah lebih dahulu melakukan pemetaan dengan melibatkan partisipasi masyarakat melalui survey untuk mengetahui aspirasi masyarakat terkait kondisi Sastra Lisan Melayu, dan selanjutnya melibatkan Pemerintah Daerah untuk dilakukan tahap selanjutnya.
Sementara itu Pakar Bahasa dan Budaya Melayu Universitas Maritim Raja Ali Haji di Tanjungpinang Abdul Malik mengatakan, kondisi sastra melayu lisan yang terancam punah karena generasi muda kurang berminat untuk melestarikannya.
“Saya kira kuncinya ialah bagaimana agar hal ini digiatkan kembali kepada generasi muda, mereka yang memiliki tanggungjawab untuk melestarikannya. Tugas pemerintah bagaimana ini dapat berjalan,”,” kata Abdul Malik.
Abdul menambahkan, dialek Bahasa melayu di Kepri memiliki banyak keragaman dan perlu dipertahankan walaupun dalam konteks bahas Bahasa Melayu Kepri itu baku dan mudah.
“Menurut saya, dialek dan subdialek Melayu di daerah-daerah (dari kabupaten/kota sampai kampung-kampung) di Kepulauan Riau masih terpelihara dengan baik,” kata Abdul.
Menurut Abdul, masyarakat Melayu masih menggunakan dialekatau subdialek itu dalam komunikasi di antara mereka. Di Natuna, misalnya, masyarakat Melayu Natuna masih menggunakan dialek Melayu Natuna ketika berkomunikasi di antara mereka.
Begitu pula masyarakat Melayu Tanjungpinang, Bintan, Anambas, Lingga, Batam, dan Karimun. Setiap dialek itu ada pula variasi subdialeknya yang masih dipertahankan oleh masyarakatnya dalam komunikasi sehari-hari.