Mengapa Para Pengungsi Afghanistan Mulai Berani Ribut di Batam ? Ini Penyebabnya

Terasbatam.id: Pengungsi asal Afghanistan yang ada di Batam sepertinya mulai “suntuk tingkat dewa”, dalam tiga bulan terakhir ini aksi unjukrasa yang mereka lakukan di beberapa tempat di Batam cukup menarik perhatian. Hari ini, Rabu (16/02/2022) terjadi kericuhan antara ratusan pengungsi yang menggeruduk Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Batam dengan petugas  Satuan Polisi Pamong Praja.

Keributan dimulai ketika para pengungsi mencoba masuk ke Gedung DPRD Batam dengan melompati pagar dan mulai menyuarakan aspirasi mereka di depan Lobby Utama Gedung DPRD Batam. Aksi tersebut disambut oleh puluhan petugas pengamanan dengan mendorong mereka keluar.

Beberapa petugas mencoba menarik para pengungsi keluar, pengungsi yang juga terdiri dari wanita dan anak-anak itu cukup histeris mendapat perlakukan tersebut. Semula mereka menolak untuk  keluar, dan akhirnya terjadi aksi saling dorong antara petugas dan pengungsi yang tidak mau keluar dari halaman Gedung DPRD.

Salah seorang perwakilan pengungsi Ahmad mengatakan kepada www.terasbatam.id, bahwa kehadiran mereka ke Gedung DPRD Batam hari ini mengganggu kenyamanan, namun hal itu terpaksa dilakukan karena ingin memperjuangkan hak mereka.

“Kami tahu mengganggu kenyaman disini. Tetapi kami datang meminta hak kami karena sudah lebih dari 3 bulan datang kesini. Lebih dari 10 tahun tinggal di Batam ini, kenapa diam-diam saja? Lihat kami datang bersama anak-anak,” kata Ahmad.

Seperti diketahui, beberapa bulan yang lalu para pengungsi datang ke Gedung DPRD Batam untuk mempertanyakan soal nasib mereka selama di Batam. Bagaimana sikap pemerintah Indonesia terhadap mereka yang telah 10 tahun tinggal di Batam tanpa kepastian.

Kedatangan mereka yang pertama disambut baik oleh DPRD Batam, terutama dari Komisi 1 yang dipimpin oleh Ketua Komisi I Budi Mardiyanto. Bahkan dalam pertemuan tersebut Budi berjanji akan memanggil sejumlah pihak untuk membahas masalah tersebut.

“Apakah abang-abang tahu ada kawan saya mencoba bunuh diri di rumah sakit otorita kemarin? Sampai sekarang bagaimana kondisinya kami tidak tahu. Dia memotong lehernya, kemarin. Mereka ini mencoba meredam suara kami. Kami datang kesini untuk memberitahu bahwa teman kami sudah bunuh diri lagi,” kata Ahmad.

Ahmad mengatakan, bahwa mereka tidak ingin keluar dari halaman Gedung DPRD Batam karena mereka ingin suara atau aspirasi yang ingin disampaikan kepada DPRD Batam didengarkan terlebih dahulu.

“Kami tidak mau keluar darisini sampai suara kami didengar. Ada dua anak yang tadi jatuh dan terluka,” kata Ahmad.

Ahmad juga mengatakan, selama tinggal di pengungsian di Batam, banyak hak asasi mereka yang terabaikan, seperti hak untuk makan yang nyaman, tidur dan bekerja.

“Kami juga ingin bisa belajar atau sekolah,” kata Ahmad.

Beberapa minggu sebelumnya para pengungsi juga sempat menggeruduk perumahan elite Royal Grande di Batam Centre dimana Internasional Organization for Migration (IOM) berkantor. Namun aksi tersebut mendapat pengawalan yang cukup ketat dari aparat Kepolisian sehingga berlangsung tertib.

Para pengungsi menginginkan agar mereka segera diberangkatkan ke negara ketiga yang menjadi tujuan mereka, seperti Australia, Amerika ataupun Eropa.