Terasbatam.id: Menjelang perayaan Imlek banyak tradisi lelehur yang dilakoni oleh keluarga inti dalam merayakannya. Salah satunya ialah makan bersama satu hari sebelum perayaan Imlek yang diikuti oleh keluarga inti. Tradisi yang disering disebut Wue Low itu biasanya menyajikan berbagai macam menu khas peranakan, salah satunya steamboat yang wajib tersaji.
Tokoh Masyarakat Tionghoa Batam Li Khai yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam berbagi cerita tentang sejumlah tradisi yang wajib dilakoni oleh warga Tionghoa dalam merayakan Imlek.
“Jadi ada tradisi sehari sebelum merayakan imlek, yaitu kita melakukan namanya Wue Low, makan bersama satu keluarga,” kata Li Khai.
Makan bersama tersebut biasanya, sebelum pandemic Covid-19 mewabah dilakukan di Hotel-hotel berbintang yang ada di Batam, seperti Hotel Pacifik, Vista dan Planet Hotel yang menawarkan paket makan bersama keluarga menjelang Imlek.
“tahun ini sudah bisa tetapi dibatasi, sejak tahun 2020 hingga 2021, bisa dikatakan ditiadakan, take away, makan di rumah saja. Tapi tahun ini bisa, diruangan VIP dan kita khusus hadir bersama keluarga,” kata Li Khai yang didampingi putera sulungnya Jelvin Tan.
Menurut Li Khai, karena pandemic hampir beberapa tradisi menjelang Imlek dan saat Imlek dirayakan tidak dapat dilaksanakan, termasuk berkumpul bersama keluarga atau teman serta bertukar mengirim jeruk.
“sajian utama dalam tradisi makan bersama yaitu Steamboat yang wajib ada, dan Ikan Lao Hsen, itu untuk keberuntungan bisnis di tahun depan,” kata Li Khai.
Menurut Li Khai, tradisi makan bersama tidak mengenal strata social, itu tradisi yang wajib dilakukan oleh warga Tionghoa dari latar belakang ekonomi apapun.
“apakah ada uang atau tidak, makan bersama itu harus dilakukan,” kata Li Khai.
Selanjutnya setelah melaksanakan makan bersama dilanjutkan dengan Kumpul Keluarga dan kemudian menutup perayaan Imlek dengan Cap Goh Me pada hari ke 15.
“sebenarnya ikan Dingkis yang sering disebut dalam perayaan Imlek itu soal kepercayaan saja, bukan tradisi,” kata Li Khai.
Menurut Li Khai, makan bersama atau Kwilo bertujuan mempererat tali persaudaran sesame anggota keluarga inti sambil mendengarkan cerita atau rencana kedepan.
Sementara itu Jelvin Tan mengatakan, bahwa semenjak pandemic Covid-19 tradisi lainnya berupa open house yang lazim dilakukan oleh orang Tionghoa dalam merayakan Imlek tidak dapat dilakukan karena alasan physical distancing serta untuk menghindari penyebaran virus corona.
“Open house, semenjak pandemic bisa dikatakan mulai tidak ada, karena harus social distancing, teman teman banyak yang tidak open house, hanya bersama keluarga, paling ada teman dekat,” kata Jelvin.
Jelvin mengatakan, berbagi bingkisan jeruk ke teman dekat atau keluarga inti yang biasanya dilakukan menjelang imlek sekaligus untuk mempererat tali persaudaraan tidak lagi dapat dilakukan dengan leluasa.
“Biasanya nganter jeruk sekaligus mampir, tetapi sejak pandemic biasanya Cuma drop off aja,” kata Jelvin.
Menurut Jelvin, banyak perbedaan perayaan Imlek ditengah pandemic seperti saat ini, tetapi dirinya setuju masyarakat tetap membatasi kegiatannya karena pandemic Covid-19 belum berakhir.
“harus tetapi waspada dengan situasi Imlek ditengah Pandemic saat ini,” kata Jelvin.