Dua Kilogram Tanah Istana Daik Lingga dan 1 Liter Air dari Penyengat Untuk IKN

Terasbatam.id: Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad mengemas dua kilogram tanah dari lokasi berdirinya Istana Damnah dan satu liter air dari Pulau Penyengat untuk dibawa ke Ibu Kota Negara (IKN) pada acara kemah bersama Presiden Joko Widodo dan Gubernur se Indonesia di titik Nol IKN di Kalimantan Timur, Senin (14/03/2022) besok.

Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Hasan kepada www.terasbatam.id, Minggu (13/03/2022) mengatakan, dari Kepulauan Riau Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad membawa dua kilogram tanah di lokasi Struktur Cagar Budaya Bekas Tapak Istana Damnah yang dibangun pada tahun 1860 semasa kesultanan Lingga – Riau Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II untuk IKN sebagaimana yang diminta oleh Sekretariat Negara. Permintaan tersebut juga berlaku untuk 33 Gubernur se Indonesia yang akan hadir besok Senin (14/03/2022).

Sedangkan untuk satu liter air yang dibawa berasal dari sumur yang berada di bawah gedung Balai Adat Pulau Penyengat yang berfungsi sebagai tempat untuk menyambut tamu atau mengadakan perjamuan bagi orang – orang penting.

“kehadiran Gubernur Kepri atas undangan dari Sekretariat Negara (Setneg) dalam rangka kunjungan kerja Presiden RI di Balikpapan, Kalimantan Timur. Sekarang mau berangkat dari Jakarta menuju Balikpapan,” kata Hasan.

Berdasarkan keterangan tertulis dari Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau tanah di lokasi Struktur Cagar Budaya Bekas Tapak Istana Damnah yang dibangun pada tahun 1860 semasa kesultanan Lingga – Riau Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II. (1857-1883) serta dibantu oleh yang Dipertuan Muda Riau X. Raja Muhammad Yusuf Al – Ahmadi beserta Pemaisurinya/isteri, Tengku Embung Fatimah.

Tanah ini diambil di lokasi Balai Bertitah (Singgasana) tempat Balai Pemerintahan Sultan yang merupakan Balai Bagian Bekas Istana Sultan Lingga – Riau terakhir di Daik – Lingga Kabupaten Lingga Bunda Tanah Melayu.

Istana Damnah tahta pemerintahannya diteruskan oleh Tengku Embung Fatimah (1883-1883) sebagai pemerintahan sementara lalu dilantiklah dan dinobatkannya Anandanya Raja Abdul Rahman menjadi Sultan Lingga – Riau pada Tahun 1875 dengan gelar sultan Abdulrahman Muazzam Syah (1885-1991) merupakan Sultan Lingga – Riau terakhir.

Sementara itu air yang dikemas bukan sembarang air karena berasal dari Pulau Penyengat. Berdasarkan keterangan tertulisnya Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri menjelaskan, kata penyengat muncul saat para pelaut beberapa abad lalu datang ke pulau yang luasnya hanya sekitar 3,5 kilometer persegi itu untuk mengambil air tawar yang dapat diminum, namun di tengah perjalanan mereka disengat oleh lebah, dan sejak saat itulah pulau mungil itu dikenal dengan nama pulau penyengat.

Air tawar itu hingga saat ini masih dapat dinikmati oleh masyarakat dari beberapa sumur yang ada di pulau yang berpenduduk tidak lebih dari 3.000 jiwa. Salah satu di antaranya adalah yang berada di bawah gedung Balai Adat Pulau Penyengat yang berfungsi sebagai tempat untuk menyambut tamu atau mengadakan perjamuan bagi orang – orang penting.

Menurut seorang penjaga perigi tua itu, Anwar, biasanya wisatawan yang lelah setelah mengunjungi beberapa situs sejarah di pulau yang berstatus kelurahan tersebut, singgah di sumur tua yang airnya tawar, jernih dan langsung bisa diminum agar mereka bisa segar kembali.

“Sumur yang memiliki kedalaman sekitar 2,5 meter ini tidak pernah kering sepanjang tahun walaupun di musim kemarau. Paling – paling hanya berkurang sedikit tapi tak pernah habis walau penduduk setempat terus mengambil airnya untuk berbagai keperluan,” kata Anwar.