TERASBATAM.ID: Insiden seorang penumpang pesawat yang baru landing di Bandara Internasional Hang Nadim Batam dikejar oleh mobil patroli Aviation Security (Avsec) pada Rabu (04/01/2023) lalu karena menggunakan troli hingga ke area yang dilarang. Penumpang kewarganegaraan asing itu menggunakan troli untuk mengangkut kopernya dan menemui taksi online yang berada diluar area penjemputan.
Bule yang ditaksir berusia diatas 50 tahun itu terlihat tergopoh-gopoh saat mendorong troli yang memuat banyak koper miliknya. Troli tersebut tersendat saat dipaksa berjalan di rerumputan pembatas jalan. Saat troli terperosok, tiba-tiba mobil patroli Avsec yang berisikan petugas menghentikan Bule tersebut untuk mengambil troli yang digunakan di area yang ditentukan.
Video insiden tersebut menjadi viral karena dengan sengaja direkam oleh seorang supir taksi online yang terdengar tertawa-tawa melihat aksi bule tersebut. Tentu semua sudah mahfum kenapa penumpang pesawat yang juga seorang Bule melakukan itu? Ya masalahnya soal tarif taksi bandara di Hang Nadim yang dinilai memberatkan bagi kantong penumpang.
Monopoli taksi di Bandara Hang Nadim memang masalah klasik yang sudah belasan tahun tidak juga mampu diselesaikan oleh pihak managemen. Bahkan managemen PT Bandara Internasional Batam (BIB), yang notabene pengelola baru yang berasal dari gabungan investasi asing dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Incheon, Korea Selatan) juga sepertinya belum mampu untuk menyelesaikan masalah transportasi taksi di Hang Nadim.
Harapan penumpang yang mendarat di Hang Nadim dapat memiliki berbagai opsi yang ingin digunakannya masih berupa mimpi belaka. Opsi yang tersedia masih berupa Bus Damri yang kondisi dan waktunya yang sangat terbatas, Taksi Bandara yang dikelola oleh Koperasi Karyawan atau dijemput pihak keluarga.
Sedangkan jika ingin memesan taksi online penumpang harus berjibaku keluar area bandara, tak heran banyak penumpang yang menyeret-nyeret kopernya keluar bandara dengan jarak hampir 3 kilometer jauhnya. Apakah pemandangan tersebut tidak pernah dilihat oleh pejabat yang memiliki otoritas? Apakah mereka para pejabat yang sering mondar-mandir ke Bandara menyaksikan dengan tersenyum? Atau terkekeh-kekeh melihat orang atau warganya susah payah untuk mendapatkan akses transportasi pilihannya? Ntahlah…
Di banyak kota wisata di negara-negara Asean, seperti Kuala Lumpur, Phuket di Thailand atau Da Lat di Vietnam dan hampir di seluruh kawasan Asia, akses transportasi online sudah sebuah keharusan tak bisa ditawar-tawar lagi. Komparasi Batam memang sudah seharusnya disandingkan dengan berbagai kota di luar negeri, bukan lagi kota-kota di Indonesia yang memang akses transportasi online masih sebuah “kemewahan”
Situasi transportasi di Hang Nadim dapat disimpulkan tidak sinkron dengan semangat menjadikan Kota Batam sebagai Kota Wisata, karena terbukti bahwa apa yang dialami si Bule bukanlah sebuah keramahan sebuah kota menyambut dirinya.
Jauh sebelum insiden bule di Bandara Hang Nadim, beberapa video viral lainnya yang menggambarkan bagaimana keributan antara supir taksi konvensional di sejumlah pelabuhan dengan penumpang yang memesan taksi online terjadi. Tentu perspektif yang muncul beragam, tergantung dari sudut point of view, namun dari sisi penumpang dan semangat kota Batam sebagai Kota Wisata, tentunya hal tersebut menimpulkan persepsi negative.
Suka tidak suka perubahan terus terjadi, tentu kita berharap apa yang terjadi dengan si Bule di Bandara Hang Nadim merupakan insiden pertama dan terakhir kalinya. Insiden tersebut seperti menampar wajah Batam yang sedang berbenah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota ini.
Bukan masalah apakah harga tarif taksi Bandara sudah fix atau relative murah, tetapi berikanlah akses yang seluas-luasnya kepada penumpang untuk memilih transportasi yang ingin digunakannya, jangan kekang pilihan penumpang.