TERASBATAM.ID: Kapal Dewi Samudera III yang mengangkut 550 ekor sapi asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) tiba di Pelabuhan Beton, Sekupang, Selasa (09/05/2023). Seluruh sapi dipasok ke Batam untuk memenuhi kebutuhan hari raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban yang akan dilaksanakan pada 29 Juni 2023 mendatang. Mayoritas sapi yang tiba di Batam hari ini telah ludes dipesan.
Ketua Asosiasi Peternak dan Pedagang Hewan Batam Musofa kepada www.terasbatam.id mengatakan, hewan sapi asal Kupang tersebut berjenis ras Sapi Bali dengan berat antara 200 kilogram hingga 350 kilogram dengan harga jual ke konsumen antara Rp 21 Juta hingga Rp 28 Juta per ekor.
“mayoritas sudah dipesan orang, tetapi masih ada kesempatan kita untuk order ke Kupang lagi dalam satu atau dua trip lagi,” kata Musofa.
Musofa mengaku, bahwa sapi tersebut merupakan miliknya dan seorang pedagang lainnya, Musofa memiliki 250 ekor sapi sedangkan seorang pedagang lainnya memiliki 300 ekor. Sapi tersebut didatangkan dari Kupang karena daerah tersebut masih dalam kategori Zona Hijau yang bebas Penyakit Mulut dan Kukuh (PMK) dan LSD atau Lumpy Skin Disease (LSD).
“sebenarnya kapasitas angkut kapal sampai 700 ekor sapi, tetapi hingga batas waktu atau deadline, sapi yang terkumpul baru sebanyak 550 ekor saja,” kata Musofa.
Menurut Musofa, kebutuhan hewan sapi untuk ibadah kurban pada Hari Raya Idul Adha tahun ini mencapai 5.000 ekor. Sedangkan sapi yang tersedia di Kandang bersama di Sei Temiang hanya sebanyak 1.200 ekor.
“dari sisi kebutuhan tidak tercukupi, kita masih mencoba mendatangkan lagi dari Kupang, karena itu daerah yang tersedia, tetapi tidak banyak,” kata Musofa.
Musofa mengatakan, sebelumnya berlakunya pembatasan hewan karena PMK yang berlaku selama dua tahun, pasokan sapi berasal dari Provinsi Lampung, namun karena daerah tersebut masih masuk dalam Zona Merah, maka pasokan tidak dilakukan dari daerah tersebut.
“Jika dipasok dari zona merah persyaratan adminitrasinya sangat ribet, harus ada hasil laboratorium terhadap hewan kurban,” kata Musofa.
Menurut Musofa, untuk alternative para pedagang mencoba mendatang dari Natuna, namun sapi asal daerah tersebut dengan berat yang minim.
“Tahun lalu banyak sapi dari Natuna tidak bisa untuk jadi hewan kurban karena terlalu kecil dan kurus,” kata Musofa.
Alternatif hewan kurban yang lain, menurut Musofa, adalah kambing, saat ini jumlah kambing yang tersedia mencapai 2.000 ekor, sedangkan kebutuhan sebanyak 15.000 ekor, terdapat 13.000 ekor kekurangan.
“Kambing dipasok dari Lampung dengan jarak yang relative lebih dekat, jika pasokan kambing lebih besar, maka ini akan menutupi kekurangan hewan sapi,” kata Musofa.
Musofa optimis, tahun ini kebutuhan hewan kurban akan membludak dibandingkan dua tahun lalu, terutama dari muslim Singapura yang akan melaksanakan ibadah kurban di Batam.
“Permintaan akan melonjak, karena selama dua tahun terakhir muslim Singapura absen disebabkan Covid. Tahun ini akan jadi yang pertama setelah Covid, permintaan akan meningkat lagi,” kata Musofa.
Sementara itu Koordinator Karantina Hewan Dokter Hewan T Iskandar mengatakan, sapi yang baru tiba di Batam akan diawasi oleh Kantor Karantina Hewan selama tiga hari sesuai prosedur yang berlaku.
“Selama proses pengawasan dilakukan disinfektan dua kali sehari untuk mencegah penyebaran penyakit. Setelah tiga hari baru bebas diperjual belikan,” kata Iskandar.
Menurut Iskandar, karena Provinsi Kupang merupakan Zona Hijau, maka proses pengawasan Karantina lebih sederhana dibandingkan jika dipasok dari Zona Merah atau wilayah yang belum terbebas dari penyakit mulut dan kukuh (PMK) dan LDS.
“Kalau dari Zona Merah harus disertai hasil uji laboratorium. Kalau hewan yang bebas penyakit ini biasanya kematiannya disebabkan oleh dehidrasi atau kelelahan saja, biasanya memang terjadi karena lamanya proses perjalanan,” kata Iskandar.
Menurut Iskandar, sapi tersebut berangkat dari pelabuhan asal pada 1 Mei dan tiba di Batam 9 Mei, sehingga perjalanan diatas kapal selama 8 hari.
“lama perjalanan ini bisa jadi buat sapi-sapi Lelah dan mati. Namun sejauh ini sehat,” kata Iskandar.