TERASBATAM.id – Perayaan Imlek tahun ini tidak sebaik tahun kemarin. Makanan jenis ikan yang menjadi khas bagi masyarakat Tionghoa dan wajib dihidangkan saat Imlek di Kepri, Singapura, dan Malaysia tidak sebanyak tahun lalu.
Hal itu disampaikan oleh Haji Salam, nelayan Belakang Padang asal Pulau Bulang kepada www.terasbatam.id, Senin (27/01/2025).
“Tangkapan dingkis saat ini turun drastis dibanding tahun lalu,” kata Salam, yang warga sebut Haji Tempos, saat meninjau alat tangkap tancap (kelong) miliknya di Pulau Pocong, Belakang Padang.
Ia menuturkan salah satu penyebab kurangnya ikan dingkis adalah teror buaya yang lepas dari penangkaran di perairan Pulau Bulan, Kecamatan Bulang, Kota Batam beberapa waktu lalu. Hal ini menyebabkan sebagian nelayan enggan turun melaut karena takut dan was-was.
“Kemarin buaya yang lepas sudah masuk ke Pulau Gerenting, Belakang Padang,” ucapnya.

Bahkan sebelumnya, kata Salam, ada nelayan yang diterkam buaya di Pulau Jaloh.
Nelayan yang memiliki 17 alat tangkap khusus mengaku ikan dingkis merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi saat Imlek.
“Ikan dingkis kalau hari biasa harganya cuma 35 ribu per kilogram, sedangkan kalau Imlek, harganya mencapai sekitar 300 ribu atau 27 hingga 30 Dolar Singapura per kilogram,” kata Haji Salam.
Ia menuturkan yang menjadi istimewa bagi ikan dingkis saat Imlek adalah semua ikan betina memiliki telur, baik yang ukurannya kecil maupun besar.
“Bagi masyarakat Tionghoa, ikan dingkis khususnya di Kepri, Singapura, dan Malaysia merupakan ikan pembawa hoki dan juga makanan yang diwajibkan ada saat Imlek,” ucapnya.
Mereka percaya bagi orang yang memakan ikan dingkis yang ada telurnya akan memberikan hoki, tutur Salam.

Namun, sayangnya keberkahan laut dengan ikan dingkis saat momen perayaan Imlek tahun ini tidak seberuntung tahun lalu.
“Tahun lalu, dua hari sebelum Imlek, bisa mendapatkan 60 kilogram per kelong (alat tangkap tancap ikan khas Kepri),” kata Haji Salam.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Kota Batam, Yudi Admajianto, mengungkapkan bahwa ikan dingkis menjadi komoditas ekspor khusus saat Imlek di Batam.
“Permintaan ikan dingkis cukup tinggi dari Singapura, Malaysia, belum lagi lokal, di saat Imlek,” kata Yudi.
Untuk pencapaian ekspor khusus ikan dingkis ke Malaysia dan Singapura tahun 2024 lalu, Yudi menyebutkan sekitar 1,1 juta ton atau sekitar 17,2 miliar rupiah per tahun.
“Potensi terbesarnya di momen Imlek, dengan harganya yang variatif,” ujarnya.
Yudi pun belum memastikan apakah jumlah potensi ekspor ikan dingkis hasil tangkapan nelayan di perayaan Imlek tahun ini menurun atau tidak.
“Teror buaya sangat mempengaruhi nelayan takut untuk turun ke laut,” kata Yudi.
[kang ajank nurdin]


