TerasBatam.id: Sekitar 70 orang pengungsi asal Afghanistan yang ditampung di sejumlah shelter di Batam berunjukrasa di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam, Rabu (22/09/2021). Mereka mengadukan nasib mereka yang tidak kunjung jelas yang telah mengakibatkan 14 orang pengungsi bunuh diri karena depresi.
Puluhan orang tersebut hadir di Gedung DPRD Kota Batam di Kawasan pusat pemerintahan Batam Centre pada pagi hari dengan membentang sejumlah spanduk yang bertuliskan antara lain, Resettle Refugees From Indonesia (Relokasi Pengungsi dari Indonesia- Pen) dan Resettle Afghan refugees from Indonesia, Afghanistan is Not Safe (relokasi pengungsi Afghanistan dari Indonesia, Afghanistan tidak aman-pen)
Perwakilan pengungsi asal Afghanistan kepada wartawan, Ali Akbar (28) mengatakan, mereka datang ke Gedung DPRD Batam untuk meminta solusi agar menyampaikan kepada pemerintah Indonesia dan pihak terkait, terutama negara tujuan tentang masa depan mereka selanjutnya.
“Masa depan kita belum jelas, di Indonesia sudah 14 orang bunuh diri gara-gara masa depan tidak jelas, masih ada yang mau bunuh diri juga tetapi sama kawan-kawannya tidak boleh, jadi kami datang kesini (DPRD) untuk minta solusi sama kantor DPRD,” kata Ali Akbar dengan Bahasa Indonesia yang masih terbata-bata.

Ali mengatakan, depresi yang dialami imigran seperti dirinya karena sudah terlalu lama di Indonesia namun tidak ada kepastian kapan berangkat ke negara ketiga atau negara tujuan.
“kami ada anak-anak tidak boleh sekolah, masa depan mereka belum jelas juga nantinya,” kata Ali.
Menurut Ali, ada sekitar 500 orang Imigran yang saat ini ditampung di Batam, mereka terbagi dua kelompok, kelompok pertama yang masih berstatus single atau lajang ditampung di Rumah Detensi Imigrasi yang berada di Sekupang, sedangkan mereka yang sudah berkeluarga ditampung di Hotel Kolekta, di Kawasan Nagoya.
“UNHCR yang menanggung biaya makan dan tempat, namun sampai kapan kami seperti ini,” kata Ali.
Namun Ali tidak memberikan komentar terkait situasi negaranya yang kini telah dikuasai oleh kubu Taliban, namun para pengungsi asal Afghanistan mayoritas meninggalkan negaranya karena konflik berkepanjangan disana dan memilih untuk mencari negara-negara eropa atau Australia untuk kehidupan selanjutnya.
Sementara itu Ketua Komisi I DPRD Kota Batam Budi Mardiyanto mengatakan, walaupun permasalahan imigran di Batam bukanlah ruang kerja mereka, namun atas nama kemanusiaan mereka menerima keluhan dari para imigran yang mendatangi Gedung DPRD Batam.
“Mereka datang panas-panas untuk menyampaikan permasalahannya, kita ajak masuk, kita persilakan yang menjadi permasalahannya, ini kan kaitannya dengan masalah pengungsi, ruangnya bukan disini, tetapi kita berbicara dari sisi kemanusiaannya, karena dampak social yang ditimbulkan mereka tidak terlepas dari masyarakat kota batam,” kata Budi dari Fraksi PDI Perjuangan.
Menurut Budi, banyak hal yang telah disampaikan para imigran kepada Komisi I, antara lain masalah kesehatan para imigran ditengah pandemic Covid-19 ini, dan paling utama yang menjadi pokok diskusi ialah terkait masa depan mereka selanjutnya.
“ini penanganan internasional, maka nanti apa yang disampaikan dari imigran Afghanistan ini, kita akan sampaikan kepada pimpinan, bila mana dimungkinkan, kita ingin mendengar juga suara dari perwakilan dari IOM (International Organization for Migration- ) di Batam,” kata Budi.
Budi mengatakan, persoalan imigran ini tidak lepas kaitannya dengan dampak social bagi masyarakat Batam, karena itu menjadi salah satu konsentrasi mereka sehingga menampung keluhan yang disampaikan para imigran.
“mereka hidup membaur dengan masyarakat kita, area mereka tinggal bukan terisolasi dari masyarakat Batam. Jadi jika mereka depresi kemudian ingin membunuh, mereka lapar ingin merampok bagaimana? Kita harus carikan jalan keluarnya,” kata Budi yang terlihat keheranan dengan pengawasan para Imigran di Batam berada dalam kewenangan Kantor Imigrasi di Tanjungpinang bukan di Batam.
“Kami perlu penjelasan tentang itu,” kata Budi.


