Kisah Pilu WN Tanzania, Ingin Jadi Model di China, Hamil Diluar Nikah, Depresi dan Dideportasi

www.terasbatam.id: Rencana ingin menjajaki dunia modelling di China, namun nasib berkata lain, perjalanan tragis GPN (29), Warga Negara Tanzania di Bali, dihamili pacar kemudian ditinggal pergi, sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan akhirnya di deportasi.

Seorang perempuan Warga Negara Asing (WNA) asal Tanzania berinisial GPN (29), bersama anaknya yang masih balita berinisial GKV, dideportasi oleh pihak Imigrasi TPA Kelas I Denpasar, Bali, karena melanggar izin tinggal.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bali, Anggiat Napitupulu, mengatakan, GPN masuk ke wilayah Indonesia melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, pada Bulan Februari 2020.

Saat itu, dia memanfaatkan fasilitas bebas visa kunjungan yang berlaku maksimal 30 hari dan tidak bisa diperpanjang.

Rencananya, setelah berada di Pulau Dewata, GPN akan mengajukan permohonan visa ke Republik Rakyat Tiongkok (RTT) untuk bekerja sebagai model. Jalan nasib ternyata berkata lain, GPN jatuh cinta dengan seorang pria berkebangsaan Bulgaria di Bali.

Mereka lalu menjalin hubungan asmara dan tinggal bersama di Bali.

“Di Bali, GPN bertemu dengan seorang pria berwarga negara Bulgaria yang kemudian dari pertemuannya mengakibatkan kehamilan bagi GPN,” kata Anggiat dalam keterangan tertulis pada Jumat (10/6/2022) lalu sebagaimana yang publikasikan www.kompas.com

Anggiat mengatakan, setelah lima bulan hidup bersama, pasangan kekasih itu mendapat karunia setelah GPN dinyatakan hamil. Dalam kondisi itu, pasangan kekasih itu terpaksa hidup berpisah karena sang pria memutuskan pulang ke negara asalnya untuk bekerja.

Sementara, GPN tidak bisa keluar dari wilayah Indonesia karena dalam kondisi hamil. Apalagi, saat itu banyak penerbangan tidak beroperasi karena pandemi Covid-19. Seiring berjalannya waktu, GPN bersama anaknya diamankan oleh Satpol PP Pemkab Gianyar.

Saat itu, GPN ditemukan dalam kondisi terlantar dan depresi serta mengganggu kenyamanan dan keamanan masyarakat.

“GPN diserahkan oleh Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Gianyar kepada pihak Imigrasi Denpasar pada Bulan Agustus 2021 setelah beberapa hari dirawat di RS Jiwa Bangli,” kata dia.

Anggiat mengatakan, dari hasil pemeriksaan, GPN diketahui telah melanggar izin tinggal (over stay) selama 513 hari.

Atas perbuatannya itu, dia bersama anaknya diberi tindakan pendeportasian karena melanggar Pasal 78 Ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Namun, karena GPN belum mampu menyediakan tiket penerbangannya, dia dan anaknya kemudian didetensi di Rumah Detensi Imigrasi Denpasar.

Hingga akhirnya, GPN dan GKV dapat dideportasi pada Rabu (8/6/2022) lalu sekitar pukul 14.50 WIB. Mereka diberangkatkan melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan maskapai Oman Air nomor penerbangan WY 0850 tujuan Muscat, Oman.

Penerbangan akan dilanjutkan pada keesokan harinya dengan penerbangan WY0163 pukul 08.20 waktu setempat tujuan Instanbul, Turki.

Terakhir, dengan penerbangan Turkish Airlines TK1029 pukul 19.10 waktu setempat tujuan Sofia, Bulgaria.

“GPN dan GKV diberangkatkan ke negara Bulgaria dengan pertimbangan penyatuan keluarga terhadap pasangan GPN sekaligus ayah GKV yang berwarga negara Bulgaria,” kata Anggiat.