TERASBATAM.id – Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) akan membatasi ekspor kelapa untuk menjaga pasokan santan di daerah tersebut. Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Kepri, Nyanyang Haris Pratamura, dalam wawancara di Kapal Bakamla RI KN Dana 323, Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Rabu (19/03/2025).
“Santan kelapa nanti makanya kita untuk kelapa ini kita batasi jangan sampai kelapa-kelapa kita ini dijual keluar,” ujar Nyanyang. “Makanya harus kita siapkan dulu di Provinsi Kepri ataupun ketahanan pangan untuk santan kelapa ini. Kita perlu bikin untuk di sini dulu. Kalau sudah mencukupi di sini baru kita keluar. Tapi kita ada batasannya mungkin nanti kenapa aja ekspor untuk kelapa-kelapa yang ke sana.”
Nyanyang menjelaskan, pembatasan ekspor kelapa diperlukan untuk menjaga stabilitas harga santan di pasar lokal. “Kalau dulu harganya Rp2.000 sampai Rp3.000, sekarang mereka hampir Rp6.000-Rp7.000, mereka masih mau terima. Tetapi kita jaga,” katanya.
Pemerintah Provinsi Kepri telah mengirimkan surat kepada pemerintah pusat untuk membatasi ekspor kelapa. “Sudah memberikan kita ke pemerintah dalam hal ini ke kementerian, sudah memberikan surat untuk membatasi pelarangan untuk ekspor ke luar,” ungkap Nyanyang.
Sebelumnya Komisi II DPRD Kota Batam dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Mitra Raya, Batam Center, Selasa (04/03/2025) lalu. Sidak ini dilakukan untuk memantau harga kebutuhan pokok menjelang bulan Ramadan, dan menemukan lonjakan harga kelapa yang berdampak pada harga santan.
Pedagang di Pasar Mitra Raya, Jumri, membenarkan adanya keterbatasan pasokan. “Biasanya harga kelapa Rp7.000 per butir, sekarang hampir Rp15.000. Harga santan murni yang sebelumnya Rp28.000 per kilogram kini mencapai Rp46.000. Untuk santan campuran, harganya berkisar Rp20.000 hingga Rp30.000 per kilogram,” ungkapnya.


