Cengkraman Bisnis 9 Naga di Batam

The Nine-Dragon Wall (Jiulongbi) at Beihai park, Beijing, China. The wall was built in 1756 CE

TERASBATAM.ID: Perbincangan mengenai ‘Sang Naga’ kembali menyeruak. Penyebabnya usai budayawan Emha Ainun Najib atau Cak Nun menyinggung kelompok ini dalam ceramahnya.

“Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut,” katanya.

Menurut Cak Nun, orang-orang inilah yang memegang kendali atas suatu sistem di Indonesia karena punya pengaruh kuat di bidang masing-masing. Jika mengacu pada ucapan Cak Nun, maka di bidang ekonomi terdapat 10 naga.

Dalam ranah publik yang dimaksud Cak Nun adalah 9 Naga, bukan 10 Naga. Sesungguhnya, tiap kali mengajukan pertanyaan tentang sosok 9 Naga’ jawabannya malah membuat kebingungan, alih-alih mendapat titik terang.

Sebab, keberadaan 9 Naga hanyalah istilah, bukan kelompok usaha atau organisasi. Anggotanya pun tidak diketahui pasti. Alhasil timbul berbagai spekulasi untuk menebak sosok 9 Naga.

Jejak awal dari 9 Naga setidaknya dapat ditarik sejak masa Orde Baru. Pada masa itu 9 Naga atau dikenal juga Gang of Nine sangat berkonotasi negatif dan seram. Sebab, mengacu pada investigasi Tempo berjudul “Mafia Bisnis” Tommy Winata (2020, hlm 12), 9 Naga atau Gang of Nine merujuk pada sekelompok orang yang menguasai bisnis remang-remang: dari judi, obat bius, hingga penyelundupan. Konon, mereka punya bekingan kuat yang membuat sepak terjangnya tak tersentuh untuk memuluskannya bermain di bisnis gelap.

Namun, tidak diketahui pasti siapa orang-orangnya. Masih mengacu pada investigasi Tempo (hlm. 94), pengusaha seperti Aguan, Haryadi Kumala, Iwan Cahyadi, Yorrys, Arief Cocong, Edi Porkas, Arie Sigit, Jony Kusuma, dan Tommy Winata disebut sebagai kelompok Gang of Nine.

Meski demikian, lagi-lagi itu hanyalah spekulasi publik. Beberapa di antara mereka pun sudah memberi bantahan.

Seiring berjalannya waktu 9 Naga memiliki konotasinya lebih netral, yakni sebutan untuk para pengusaha penguasa ekonomi Indonesia di masa Orde Baru. Sebutan ini adalah hasil simbiosis mutualisme antara penguasa dan pengusaha. Sebutan ini bertahan hingga Orde Baru runtuh.

Tidak diketahui siapa saja sosok 9 Naga ini. Berbagai nama pun bermunculan jika muncul di mesin pencari Google. Mulai dari Robert Budi Hartono, Rusdi Kirana, Sofjan Wanandi, Jacob Soetoyo, James Riady, Tommy Winata, Anthony Salim, dan Dato’ Sri Tahir. Aktivis Sri Bintang Pamungkas dalam Ganti Rezim Ganti Sistim (2014) malah menyebut Aguan sebagai Naga Kedua dari 9 Naga.

Lagi-lagi, kembali ke pernyataan semula, tidak diketahui pasti siapa sosok 9 Naga.

Terlepas dari itu, dugaan mereka menguasai ekonomi Indonesia sebetulnya juga tidak berlebihan. Hal ini menjadi logis jika melihat pada besarnya gurita bisnis para pengusaha. Bisnis-bisnis mereka menguasai pasar Indonesia yang membuat masyarakat bergantung. Seandainya 9 Naga mengacu pada nama-nama yang sudah disebutkan di atas, tidak terhitung berapa produk dari bisnis mereka yang digunakan masyarakat. Seperti Robert Budi Hartono dengan Sampoerna-nya atau Rusdi Kirana bersama Lion Air.

Tommy Winata sendiri pada 2011 pernah membantah anggapan dirinya masuk 9 Naga. Dia memang pengusaha yang selalu apes karena kerap dikaitkan kelompok itu. Hal ini terungkap berdasarkan arsip Detik (15 Maret 2011) ketika menyikapi dokumen Wikileaks yang menuduh dirinya dekat dengan Presiden SBY dan disebut sebagai 9 Naga.

Jika merujuk pada berbagai nama 9 naga dengan segala versinya, hampir seluruhnya memiliki jejak bisnis di Batam yang cukup kentara. Cengkraman 9 naga terhadap Pulau Batam menunjukkan bahwa potensi Batam sebagai wilayah yang menjanjikan secara ekonomi tidak diragukan lagi.

Sebut saja Anthoni Salim, penerus dari Konglomerat mendiang Liem Sioe Liong atau Sudono Salim, berbagai macam bisnisnya cukup tumbuh subur di wilayah Batam, Bintan hingga Karimun. Terakhir salah satu perusahaan yang saham terbesarnya dimiliki Anthoni Salim berhasil merebut pengelolaan air minum dari tangan PT Adhya Tirta Batam (ATB).

Kini urusan air bersih di Batam dikelolah sepenuhnya oleh PT Moya Indonesia, untuk urusan bisnis di Batam dan wilayah Kepulauan Riau lainnya Anthoni Salim dan keluarganya bukanlah pendatang baru, beberapa bisnis rintisan mereka yang sampai saat ini masih berkibar antara lain Kawasan Industri Batamindo, Peternakan Babi di Pulau Bulan, Kawasan Pariwisata Lagoi, Kawasan Industri Bintan dan banyak lagi. (dikutip sebagian besar dari https://www.cnbcindonesia.com)