TerasBatam.id: Bagi orang Indonesia jika menyinggung Singapura maka asosiasi yang tergambar ialah sebuah negara yang kaya, besar dan maju secara ekonomi. Namun ternyata dari kacamata G20, forum kerjasama multilateral, Indonesia secara ekonomi dan sejumlah kriteria lainnya lebih diperhitungkan daripada Singapura.
Kepala Divisi Hubungan Internasional 2 Departemen Internasional Diah Esty Handayani dalam pernyataannya kepada peserta Capacity Building Media 2021 yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepulauan Riau, Jumat (12/11/2021) mengatakan, bahwa Singapura masih jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia jika dilihat dari sisi Gross Domestic Product (GDP), populasi dan politik sebagai salah satu kriteria untuk dapat bergabung dalam keanggotaan G20.
“Memang jika dilihat dari kacamata orang Indonesia tentu Singapura dinilai sebagai negara maju, tetapi dari kacamata G20 negara Singapura masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia,” kata Diah.
GDP juga disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang masuk dalam G20 dari 19 negara plus Uni Eropa dalam keanggotaanya.
Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Menurut Diah, G20 itu esensinya adalah 19 negara plus 1 area yaitu Uni Eropa. Sebanyak 19 negara yang tergabung dalam G20 itu adalah negara-negara yang dilihat dari sisi GDP.
“ada beberapa kriteria sebenarnya ketika memilih sebuah negara itu masuk ke dalam G20 atau tidak. Jadi bisa dilihat atau dinilai dari sisi GDP, luas wilayah, populasi dan politik. Itu sebabnya ada negara-negara yang cukup besar tetapi tidak masuk,” kata Diah.
Diah menggarisbawahi bahwa G20 menguasai 75 persen perdagangan global, dan 80 persen GDP dunia dikuasai oleh G20.
“Jadi memang ini sangat strategis dan penting, apapun yang diputuskan dalam G20 akan mempengaruhi 80 persen GDP dunia. Jadi sangat signifikan,” kata Diah.
Indonesia akan meneruskan estafet keketuaan atau presidensi G20 dari Italia dan untuk pertama kalinya akan memegang Presidensi G20 pada tahun 2022 mendatang.
Penyerahan presidensi tersebut dilakukan pada sesi penutupan KTT G20 Roma yang berlangsung di La Nuvola, Roma, Italia, Minggu (31/10/201).
Perdana Menteri Italia Mario Draghi secara simbolis menyerahkan palu kepada Presiden Jokowi yang kemudian mengetukkan palu tersebut.


