Tarif Sewa Apartemen di Singapura Melonjak, Pekerja Migran Mulai Lirik Batam

TERASBATAM.ID: Tarif sewa apartemen di Singapura terus mengalami kenaikan hingga lebih dari 100 persen. Para pekerja migran disana mulai “putar otak” untuk menyiasati pengeluaran untuk tempat tinggal, salah satunya melirik Batam sebagai tempat tinggal bersama keluarganya untuk menekan biaya hidup yang kian tak bersahabat.

Pimpim Babas, seorang pekerja migran di Singapura asal Jakarta yang sejak sebulan terakhir ini menyewa apartemen One Apartemen di Batam Centre untuk menempatkan isterinya disana.

“Sewa apartemen di Singapura melonjak tajam, dari S $ 2.000 naik menjadi $ 4.000, kalau diikuti gaji sudah tidak cocok lagi,” kata Pimpim.

Akhirnya menurut Pimpim dirinya memutuskan untuk memindahkan isterinya tinggal di Batam dengan merental sebuah apartemen tipe studio seharga kurang dari Rp 10 Juta per bulan.

“Sambil melihat kondisi kedepan saya rental apartemen disini selama 3 bulan dulu, kemudian lihat kondisinya seperti apa,” kata Pimpim yang bekerja di industry media disana.

Sementara dirinya tetap bekerja di Singapura dengan memilih tempat tinggal yang kecil dan lebih murah dibandingkan tinggal bersama keluarga. Sedangkan ke Batam dirinya memilih perjalanan selama 2 kali dalam satu pekan.

“saya masih hitung-hitung apakah dengan tinggal di Batam dengan segala biaya dan tenaganya cukup berhemat atau sama saja, mungkin tiga bulan kedepan baru tahu jawabannya,” katanya.

Tarif sewa apartemen di Singapura terus naik. Pada Desember 2022, sewa kondominium naik 34,4 persen dibanding tahun lalu, sementara sewa flat Dewan Perumahan naik 28,5 persen, menurut angka kilat dari portal properti 99.co dan SRX.

Indeks Sewa URA, yang diterbitkan awal bulan ini, menunjukkan peningkatan harga sewa rumah hampir 30 persen dibanding tahun lalu – tertinggi dalam 15 tahun.

Menurut laporan kantor berita CNA, Kamis, 2 Februari 2023, sewa naik tercepat di Seletar, dengan harga naik 33 persen pada 2022. Ini diikuti oleh area MacPherson dan Braddell, kemudian di Queenstown dan Tiong Bahru, kata analis Christine Sun, mengutip data URA.

Cecilia Li, seorang penduduk tetap Singapura asal China yang telah belajar dan bekerja di sini sejak 2004, mengatakan, pada 2018 dia membayar S$450 (Rp5,1 juta) sebulan untuk menyewa kamar di Telok Blangah. Tahun lalu, dia berhasil mendapatkan kamar di Tiong Bahru seharga S$750 (Rp8,5 juta) tanpa AC dan kini sudah menjadi lebih dari S$1.000 (Rp11,4 juta).

Pencarian cepat untuk daftar persewaan properti di wilayah tengah menemukan bahwa harga kamar di flat HDB berkisar dari S$1.200 hingga S$1.800 (Rp13,6 – 20,4 juta).

Li, yang bekerja di penerbitan, mengatakan dia kemungkinan harus meninggalkan Singapura sebelum masa sewanya berakhir karena dia tidak dapat memenuhi kebutuhan. Gaji warga asli Chengdu itu kurang dari S$3.000 (Rp34 juta) sebulan.

Dalam postingan yang ditulis di platform jaringan bisnis LinkedIn, dia berkata: “Saya akan meninggalkan Singapura ke China pada akhir Februari karena kenaikan sewa.

“Saya tidak cukup baik untuk Singapura, maaf saya tidak berbakat. Saya hanya ingin tinggal di rumah dan menghabiskan sisa hidup saya di rumah. Saya ingin berhenti dari segalanya. Saya sangat lelah.”

Penyewa lain yang hanya ingin dikenal sebagai Paolo mengatakan dia berpikir untuk meninggalkan Singapura sebagian karena harga sewa yang tinggi.

Petugas kesehatan ini menyewa kamar dengan istrinya seharga S$950 (Rp10,8 juta) sebulan, tetapi pemilik rumah ingin menjual rumah tersebut sehingga mereka harus pindah.

Merupakan tugas berat untuk menemukan kamar lain sesuai anggaran mereka. (Moza Amelia P)