WHO memproyeksikan 10 juta kematian per tahun pada 2050 akibat Resistensi Antimikroba (AMR). Kepri tegaskan komitmen melalui kampanye global WAAW, soroti bahaya obat ilegal.
TERASBATAM.ID — Ancaman Antimicrobial Resistance (AMR) atau resistensi antimikroba, yang kini menjadi salah satu isu kesehatan global paling serius, disoroti dalam peringatan World Antimicrobial Awareness Week(WAAW) Tahun 2025 di Tanjungpinang, Kamis (20/11/2025). Kegiatan yang dihadiri Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) H. Ansar Ahmad ini menegaskan urgensi kolaborasi lintas sektor untuk menghentikan penyalahgunaan antibiotik.
WAAW merupakan kampanye global tahunan yang dicanangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk meningkatkan kesadaran bahwa antibiotik semakin kehilangan efektivitasnya akibat penggunaan yang tidak tepat.
Deputi Bidang Pengawasan Obat Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif BPOM RI, William Adi Teja, menyebut resistensi antimikroba sebagai “musuh tak kasat mata” yang berdampak sangat nyata.
“Lebih dari 1,2 juta orang meninggal setiap tahun karena infeksi yang tidak lagi dapat diobati akibat resistensi. Jika tidak segera mengambil tindakan nyata, angka ini diproyeksikan meningkat menjadi 10 juta kematian per tahun pada 2050,” ungkap William.
Kepri Pelaksana WAAW Terbesar
Kepala Balai POM di Batam, Ully Mandasari, melaporkan bahwa pelaksanaan WAAW 2025 di Kepulauan Riau menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 1.300 peserta, baik luring maupun daring, dari 20 provinsi.
Acara ini merupakan tindak lanjut atas Surat Edaran Gubernur Kepri tentang pengendalian penggunaan antibiotik, sekaligus memperkuat kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan One Health, yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, pangan, dan lingkungan.
Gubernur Ansar Ahmad menegaskan pentingnya pengawasan obat-obatan, terutama mengingat posisi strategis Kepri sebagai jalur perdagangan internasional yang rentan dimasuki produk impor ilegal tanpa pengawasan.
“Tidak sedikit produk impor ilegal yang beredar tanpa izin edar dan mengandung mikroba berbahaya. Karena itu, kita semua wajib merespon masalah ini bersama-sama,” tegas Ansar.
Gubernur juga mengapresiasi BPOM yang selama ini menjadi mitra strategis Pemprov Kepri dalam pengawasan obat dan makanan, serta mendukung pengembangan produk UMKM lokal melalui program sterilisasi bakteri agar dapat masuk pasar ekspor.
Ansar menutup dengan seruan agar pengendalian AMR menjadi gerakan bersama untuk melindungi kesehatan masyarakat demi mencapai visi Indonesia Emas 2045.


