TerasBatam.id: Pusat Layanan Autis (PLA) Batam meminta Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau untuk memberikan izin kepada mereka menggelar pembelajaran tatap muka bagi siswa didik berkebutuhan khusus autis. Selama hampir dua tahun belajar di rumah karena Pandemic Covid-19 membuat orangtua kesulitan mendidik putera-puterinya yang memiliki kebutuhan khusus itu.
Kepala PLA Batam Riniatun kepada www.terasbatam.id , Senin (20/09/2021) mengatakan, walaupun anak-anak autis yang menjadi anak didik di PLA tidak masuk dalam kategori anak-anak yang wajib mendapatkan vaksin karena dari sisi usia masih berada dibawah 12 tahun.
“Jika diizinkan digelar tatap muka kami akan melaksanakan protocol kesehatan dan jadwal yang sangat ketat. Kasihan orangtua mereka sudah kewalahan untuk mendidiknya karena keterbatasan kemampuan, sedangkan anak yang regular saja orangtuanya kesulitan apalagi anak-anak berkebutuhan khusus ini,” kata Riniatun.
Menurut Riniatun, selama masa pandemic ini PLA memberikan melalui webinar dan zoom meeting atau layanan video call untuk memberikan materi didik, walaupun hasil yang didapat tidak begitu maksimal.
“dibilang efektif ya efektif tetapi dibilang tidak juga demikian, maka kami minta karena yang regular telah diperbolehkan tatap muka, maka kami minta Dinas Pendidikan Provinsi juga mengizinkan kepada kami untuk menggelar tatap muka dalam waktu dekat ini,” kata Riniatun.
Riniatun menyadari bahwa syarat untuk digelarnya pembelajaran tatap muka ialah anak-anak sudah divaksin, namun kategori anak yang berhak mendapatkan vaksin berumur 12 hingga 17 tahun.
“sedangkan untuk anak-anak kami di PLA, usianya dibawah 12 tahun, jadi tidak mungkin divaksin, kita belum tahu sampai kapan. Ada beberapa syarat memang kami tidak bisa memenuhi, kami mohon solusinya, apa dari dinas Pendidikan supaya PLA tetap masuk karena kami pertimbangkan kesulitan orangtua saat ini,” jelas Riniatun dengan mimik wajah sedih.
PLA adalah layanan yang dibangun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, namun Pemerintah Kota Batam berperan untuk memberikan fasilitas berupa bantuan kecil berbentuk kelengkapan ruangan seperti AC dan bantuan operasional.
Pusat layanan autis ini diresmikan 28 Februari 2014 lalu memiliki dua kelas, yakni kelas individual dan kelas transisi. Kelas individual terdiri dari terapi wicara, terapi okupansi, sensori integrasi dan pendidikan luar biasa. Sedangkan kelas transisi merupakan kelas lanjutan bagi anak berkebutuhan khusus yang sudah bisa baca tulis dan berkomunikasi.


