Patagotitan dan T. Rex Raksasa Jadi Saksi Krisis Keanekaragaman Hayati
TERASBATAM.ID — Memasuki area pameran DINOSAURS | EXTINCTIONS | US, pengunjung akan disambut oleh dua raksasa purba yang mengubah pemahaman manusia tentang sejarah Bumi. Pameran ini bukan sekadar tentang tulang belulang masa lalu, tetapi juga kisah kuat tentang kemampuan bertahan hidup dan ancaman kepunahan di masa kini.
Pusat perhatian pameran adalah replika berskala penuh dari Patagotitan mayorum, salah satu dinosaurus terbesar yang pernah ditemukan. Dengan panjang mencapai 40 meter dan bobot sekitar 57 ton, raksasa kolosal yang fosilnya ditemukan di Argentina pada 2014 ini menjadi salah satu penemuan paleontologi terpenting dalam beberapa dekade terakhir.
Tepat di sampingnya, berdiri sosok predator legendaris, Tyrannosaurus rex yang dijuluki “Scotty”. Replika berskala penuh ini menampilkan spesimen T. rex terbesar, dengan panjang mencapai 13 meter, mengingatkan pengunjung pada puncak evolusi dinosaurus yang menguasai lanskap kuno sebelum menghadapi kepunahan besar.
Pesan dari Kepunahan Keenam
Kurasi pameran yang bekerja sama dengan Lee Kong Chian Natural History Museum ini tidak berhenti pada masa lampau. Melalui segmen Six Extinctions, pameran ini menarik isu kepunahan ke konteks modern, khususnya krisis keanekaragaman hayati yang dihadapi Singapura dan dunia.
Dinosaurus dan lima peristiwa kepunahan massal menyimpan pesan penting: kepunahan adalah kisah tentang kehilangan sekaligus pembaharuan, dan saat ini, manusia berada di tengah Kepunahan Massal Keenam.
Salah satu sorotan menyentuh adalah kisah pelatuk raksasa, great slaty woodpecker (Mulleripicus pulverulentus). Burung pelatuk terbesar di dunia ini pernah menjadi penghuni Singapura, namun keberadaannya menghilang seiring pesatnya pembangunan yang menggusur pohon-pohon tua berukuran besar—elemen penting bagi tempat bersarangnya. Kisah ini menggambarkan bagaimana hilangnya habitat telah mendorong kepunahan spesies di era modern.
Menurut Associate Professor Darren Yeo, Kepala Lee Kong Chian Natural History Museum, perspektif khas Singapura ini dihadirkan untuk menyoroti spesies asli yang telah hilang.
“Manusia menjadi bagian dari penyebab sekaligus bagian dari solusi,” ujarnya kepada www.terasbatam.id, Selasa (18/11/2025) yang berkesempatan mengunjungi pameran tersebut.
Ms Tham Mun See, Chief Executive, Science Centre Board, menambahkan bahwa pameran ini berupaya membangkitkan rasa ingin tahu sekaligus mendorong tindakan nyata dalam menghadapi krisis keanekaragaman hayati masa kini.
Untuk pengalaman interaktif, pengunjung dapat menguji kekuatan mereka melawan para raksasa purba melalui tantangan Test Your Strength, atau menjadi ahli paleontologi lewat Digital Fossil Dig yang meniru proses penggalian fosil asli.
Pameran DINOSAURS | EXTINCTIONS | US dibuka di Annexe, Science Centre Singapore mulai 11 Oktober 2025.
[moza p amelia]


