TERASBATAM.ID – Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Batam, Yang Mulia Dato’ Muhammad Amin, menyuarakan kegeramannya atas insiden yang terjadi di Tempat Hiburan Malam (THM) First Club. Keberadaan perempuan asing yang bekerja disana dan menimbulkan keributan tidak dapat diterima dan mencoreng citra Batam sebagai “Bandar Dunia Madani”.
Dato’ Amin secara tegas menyatakan, “Kok berani-berani, ya, masuk ke negara orang bikin rusuh?” Ia menekankan bahwa dalam konteks budaya Melayu, yang sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai agama Islam, operasional tempat hiburan, termasuk hiburan malam, harus diatur dan dimonitor secara ketat.
“Yang namanya hiburan malam dan sebagainya itu tidak sesuai dengan adat Melayu, dengan beradabnya kita orang Melayu. Karena, mohon maaf, Melayu itu Islam, Islam itu Melayu,” ujarnya kepada www.terasbatam.id, Rabu (11/06/2025).

LAM Batam juga menyoroti permasalahan izin kerja dan legalitas TKA yang bekerja di sektor hiburan. Dato’ Amin mempertanyakan bagaimana TKA tersebut dapat masuk dan bekerja.
“Cara masuknya mereka seperti apa, apakah legal dan seterusnya, apakah mereka punya dokumen kerja yang benar, work permit, dan seterusnya,” tambahnya. Ia berharap pemerintah, khususnya Imigrasi, dan Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, dapat berperan aktif dalam pengawasan.
Dato’ Amin juga mengapresiasi gerak cepat aparat penegak hukum dalam menindak para pelaku. “Alhamdulillah, hari ini penegak hukum kita, kan, bergerak cepat, khususnya pak Kapolresta Barelang Kombes Pol Zaenal Arifin,” katanya.
Lebih lanjut, Dato’ Amin menyinggung masalah lapangan kerja, mempertanyakan apakah tidak ada potensi sumber daya manusia lokal yang dapat mengisi posisi yang kini diisi oleh TKA, misalnya sebagai LC (Ladies Companion).
Meskipun Batam didesain sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) dengan sektor pariwisata yang kuat, ia menekankan bahwa pelaksanaannya tidak boleh melanggar aturan.
“Itu, kan, yang jelas di depan kita, Batam ini, kan, didesain salah satu yang menjadi kota MICE, ada pariwisatanya. Kita tahu. Tapi itu, kan, di dalam pelaksanaan, enggak boleh melanggar aturan. Itu harus diperhatikan,” tegas Dato’ Amin.
Ia berharap Batam tetap menjadi “Bandar Dunia Madani” yang mencerminkan harmoni dalam keberagaman, di mana pendatang dapat hidup berdampingan dengan menjunjung tinggi tata krama.
“Itu kuncinya. Karena Bandar Dunia Madani itu, itu sebenarnya Harmoni dalam Keberagaman,” pungkasnya. Ia juga menambahkan bahwa LAM Batam akan mengambil perhatian serius terhadap kejadian semacam ini dan berharap penegak hukum betul-betul menegakkan aturan yang ada.
Dalam upaya memajukan wisata berlandaskan budaya dan religi, Dato’ Amin mengungkapkan bahwa LAM Batam telah menjalin beberapa nota kesepahaman (MoU) dengan agen perjalanan dari Malaysia dan Singapura.
Program wisata yang dikembangkan meliputi wisata religi, sejarah, dan budaya, dengan fokus pada pengembangan kampung-kampung tua di Batam. Salah satu tujuannya adalah Gedung LAM sendiri, di mana turis akan disambut dengan budaya Melayu, termasuk persembahan, gurindam, syair, silat, dan disuguhi “makan berhidang” dengan masakan Melayu tradisional.
[kang ajank nurdin]


