TerasBatam.id: Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menolak untuk menyerap vaksin Pfizer buatan Amerika Serikat karena memiliki masa kadaluarsa yang pendek serta masalah factor suhu. Sebanyak 33.000 dosis vaksin Pfizer kemudian direalokasikan ke Provinsi Sumatera Utara.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Mohammad Bisri kepada www.terasbatam.id, Selasa (09/11/2021) mengatakan, Pemerintah Provinsi memutuskan mengembalikan vaksin Pfizer BioNTech seminggu setelah kedatangannya ke Kepri pada awal Oktober lalu.
“Sudah mau expired makanya kita realokasi, karena sasaran kita juga tidak banyak lagi, vaksin itu jika kita nilai tidak terserap maka kita kembalikan ke pemerintah pusat untuk direalokasi ke daerah lain,” kata Bisri.
Menurut Bisri, akhirnya 33.000 dosis vaksin Pfizer BioNtech direalokasi ke Sumatera Utara (sumut) untuk digunakan disana, sedangkan yang digunakan di Kepri hanya 1.152 dosis saja.
“Karena baru datang, sementara capaian kita sudah tinggi, masyarakat ada beberapa yang mendapatkan vaksin Pfizer, tapi tidak pentinglah berapa jumlahnya,” kata Bisri yang mengingatkan masalah vaksin pfizer yang tidak diserap di Kepri itu sudah terlalu lama untuk ditanyakan kembali.
Menurut Bisri, saat ini capaian vaksinasi di Provinsi Kepri telah mencapai 90 persen, sedangkan capaian vaksinasi untuk lanjut usia (Lansia) telah mencapai 60 persen, tetapi karena ada masalah pendataan terjadi selisih jumlah dan sedang diperbaiki.
“Semua kota di Provinsi Kepri sudah level 1 PPKM nya, sudah bagus artinya,” kata Bisri.
Vaksin Pfizer BioNTech memiliki efektivitas paling tinggi diantara vaksin lainnya, Pfizer BioNTech, tiba di Batam, Provinsi Kepulauan Riau pada awal Oktober lalu. Vaksin ini dipasok oleh pemerintah pusat dengan jumlah terbatas karena memiliki jangka waktu pendistribusian yang terbatas.
Bisri mengatakan, bahwa kelebihan vaksin Pfizer yang juga disebut vaksin BioNTech ialah karena memiliki efikasi sebesar 90 persen lebih, paling tinggi diantara merek vaksin lainnya, namun lazimnya efikasi yang tinggi juga dihimbangi oleh reaksi yang muncul pada tubuh penerima vaksin.
Sejak awal Bisri memaparkan, bahwa vaksin Pfizer memiliki keterbatasan waktu distribusi karena masalah penyimpanan vaksin yang harus berada dalam suhu minus 70 derajat, vaksin tersebut memang dapat disimpan dengan suhu seperti Sinovac atau Astrazeneca dengan minus 7-8 derajat, tetapi jangka pemakaian hanya satu bulan, sedangkan dengan suhu idealnya minus 70 derajat jangka pemakaiannya dapat setahun.
“makanya mereka yang disuntik vaksin Pfizer dalam rentang waktu 1 bulan sudah selesai dua dosis,” kata Bisri.


