TERASBATAM.ID- Di tengah gejolak ekonomi global dan dinamika pasar domestik, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tak henti menunjukkan giginya. Data terbaru dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS) melukiskan potret optimisme: pertumbuhan ekonomi Kepri melesat 5,16 persen secara year-on-year (yoy) pada triwulan I-2025. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari fondasi ekonomi yang kokoh, didukung oleh sektor-sektor kunci yang terus bergerak maju.
Rony Widijarto P., Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepulauan Riau, dengan nada yakin menyebut akselerasi ini sebagai buah dari permintaan kuat di sektor industri pengolahan.
“Terutama elektronik dan galangan kapal,” ujarnya, menunjuk dua pilar yang menjadi tulang punggung pertumbuhan. Tak hanya itu, denyut aktivitas perdagangan yang tinggi, yang kerap mengiringi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), turut menjadi pendorong signifikan. Gambaran ini menunjukkan bagaimana sektor riil di Kepri mampu merespons kebutuhan pasar, baik domestik maupun internasional, dengan agilitas yang patut diacungi jempol.
Hal ini disampaikan dalam keterangan tertulis yang diterima www.terasbatam.id, Selasa (06/05/2025) lalu.
Tiga Pilar Penopang dan Kontribusi Pengeluaran
Laporan BPS mempertegas posisi istimewa Kepri. Dengan pertumbuhan kumulatif 5,16 persen (cumulative-to-cumulative/ctc) hingga triwulan I-2025, Kepri berhasil menempati posisi ketiga tertinggi di Sumatera. Ini bukan capaian yang remeh, mengingat persaingan ketat di antara provinsi-provinsi lain di pulau besar ini. Selain industri pengolahan dan perdagangan, sektor konstruksi juga hadir sebagai kontributor positif, menunjukkan geliat pembangunan infrastruktur dan properti yang tak kalah penting.
Dari sisi pengeluaran, dinamika ekonomi Kepri juga menarik perhatian. Net ekspor dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi motor utama yang mencatatkan pertumbuhan tinggi. Ini mengindikasikan bahwa Kepri tidak hanya mampu memproduksi, tetapi juga sukses dalam menjual produknya ke pasar luar negeri, sekaligus terus berinvestasi dalam aset-aset produktif. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil menjadi bantalan empuk, menopang daya tahan ekonomi daerah dari potensi guncangan eksternal. Stabilitas konsumsi ini adalah indikator kesehatan ekonomi mikro, menandakan bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga.
Optimisme di Tengah Gejolak Inflasi
Melihat tren positif ini, Rony Widijarto P. menyatakan optimismenya untuk triwulan II-2025. Momentum libur Idul Fitri dan hari besar lainnya diyakini akan menjadi pemicu lonjakan konsumsi masyarakat. Namun, optimisme ini tak hanya bertumpu pada konsumsi musiman. Proyeksi jangka panjang Kepri juga disokong oleh pengembangan energi hijau yang sedang digalakkan, serta kelanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang berpotensi menjadi magnet investasi besar. Kedua inisiatif ini diproyeksikan akan semakin menggerakkan sektor industri dan konstruksi, yang pada akhirnya akan membuka lebih banyak lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja lokal.
Namun, di balik narasi pertumbuhan yang cemerlang, ada satu bayang-bayang yang selalu perlu diwaspadai: inflasi. Pada April 2025, inflasi di Kepri tercatat 2,56 persen (yoy). Angka ini, meskipun sedikit meningkat dari bulan sebelumnya, masih berada dalam rentang sasaran yang ditetapkan. Rony Widijarto P. menekankan pentingnya koordinasi yang kuat antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Bank Indonesia. “Melalui berbagai upaya stabilisasi harga,” katanya, menunjukkan bahwa kewaspadaan dan tindakan proaktif adalah kunci.
Kenaikan inflasi pada April 2025 sebagian besar dipengaruhi oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, khususnya harga emas yang fluktuatif. Selain itu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau, seperti cabai merah dan daging ayam, juga menyumbang andil akibat peningkatan permintaan selama periode Idul Fitri. Penyesuaian tarif listrik juga ikut memberikan tekanan inflasi. Kendati demikian, deflasi pada beberapa komoditas seperti cabai rawit dan bawang merah berhasil menahan laju inflasi agar tidak melonjak lebih tinggi, menunjukkan bahwa dinamika harga di pasar cukup kompleks.
Ke depan, Bank Indonesia bersama TPID berkomitmen untuk terus memperkuat pengendalian inflasi. Strategi yang ditempuh meliputi peningkatan produksi pangan lokal untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari luar, penguatan kerja sama antar-daerah untuk menjamin kelancaran distribusi, serta pelaksanaan pasar murah secara berkala untuk menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen.
Dengan kombinasi pertumbuhan yang solid, langkah-langkah mitigasi inflasi yang terkoordinasi, dan proyeksi investasi yang menjanjikan, Kepulauan Riau tidak hanya mempertahankan momentum positifnya, tetapi juga mengukuhkan diri sebagai salah satu pilar ekonomi yang dinamis dan berdaya tahan di gerbang Sumatera, siap menyongsong masa depan yang lebih cerah.
[f.pangestu]


