TERASBATAM.id: Harga tiket pesawat di Malaysia dengan durasi penerbangan antara 1 jam hingga 2 jam masih dapat ditemui dengan harga antara Rp 150 ribu hingga Rp 500 ribu. Berkali-kali lipat lebih murah jika dibandingkan dengan durasi penerbangan yang sama dengan di Indonesia. Makanya kini banyak orang Indonesia yang transit di Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA) untuk sekedar menemukan harga tiket murah ke daerah yang terhubung dengan KLIA.
Seperti pengalaman www.terasbatam.id saat menjelang pergantian tahun baru 2025 lalu, perjalanan yang dimulai dari Batam ke Johor Bahru dengan kapal ferry cepat ditambah dengan sejumlah penerbangan ke beberapa kota di Malaysia, total biaya yang harus dirogoh jauh lebih murah jika dibandingkan berlibur dari Batam ke Sumatera atau ke Jawa. Kok Bisa?
Saat memesan tiket pesawat dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur dengan aplikasi Traveloka harga yang terpampang di situs tersebut mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 700 ribu, tergantung waktu keberangkatan dan operator pesawat yang dipilih. Air Asia berada pada harga tiket termurah, kemudian diikuti oleh Batik Air, Fire Fly baru kemudian Malaysia Air (MAS) yang tergolong penerbangan premium. Durasi penerbangan dari Senai Airport ke KLIA ditempuh dalam waktu 1 Jam.

Kemudian dari KLIA pada hari berikutnya menuju PEN alias Penang Internasional Airport di Pulau Penang yang berada di bagian utara Malaysia, harga yang terpublish di aplikasi Traveloka lagi-lagi buat hati gembira untuk memilihnya, antara Rp 280 ribu hingga Rp 690 ribu. Penerbangan Batik Air Malaysia di waktu pagi menempati harga termurah.
Jika dibandingkan dengan harga tiket pesawat di Indonesia tentu saja ini seperti bumi dan langit, dengan durasi penerbangan yang sama, seperti mimpi di siang bolong untuk dapat menemukan harga tiket dibawah Rp 500 ribu. Seperti dari Batam ke Pekanbaru atau dari Batam ke Palembang, harga yang dijual rata-rata sudah diatas Rp 800 ribu hingga tembus Rp 1 Juta sekali perjalanan.
“Saya sendiri heran kok biisa di Malaysia ini harganya murah, dan hingga kini belum diketahui apa sebenarnya penyebab harga tiket pesawat di Indonesia bisa termahal di Asia? Masih menjadi misteri ya. Semoga pemerintah Indonesia dengan jujur menjelaskannya, ini loh komponen yang menyebabkan harga tiket pesawat kita mahal,” kata Parlaungan saat ditemui di Gate B di KLIA saat menunggu penerbangan ke Kuala Namu Internasional Airport (KNO).
Parlaungan bersama dengan 5 orang anggota keluarganya memilih transit ke KLIA untuk menuju Medan. Perjalanan dari Batam ke Johor Bahru ditempuh dengan kapal ferry, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bus ke KLIA dengan waktu 5 jam.
“Jika ditotal seluruh biayanya jauh lebih murah lewat sini dibandingkan melalui Batam. Apalagi harga tiket menjelang tahun baru mahal sekali,” kata Parlaungan.
Parlaungan tidak sendiri untuk menyiasati perjalanan ke kampung halamannya dengan harga tiket pesawat yang murah. Beberepa video di media sosial seperti tiktok banyak yang membagikan pengalamannya menggunakan KLIA sebagai transit untuk menuju daerah asalnya.
Seperti pasangan suami isteri yang berangkat dari Jakarta ke KLIA, kemudian dari KLIA ke Pekanbaru di Riau. Tentu mereka mengaku jauh lebih irit dan hemat dengan siasat itu, dibandingkan dengan direct flight dari Jakarta ke Pekanbaru.
Tony Fernandes Ungkap Alasan Tiket Pesawat di Indonesia Mahal
CEO AirAsia, Tony Fernandes, baru-baru ini mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan harga tiket pesawat di Indonesia lebih mahal dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Dalam sebuah wawancara bersama sejumlah media di Hotel Fairmont Jakarta pada 5 September 2024 lalu, Fernandes menyoroti tiga faktor utama: harga avtur yang tinggi, pajak ganda, dan penerapan tarif batas atas dan bawah.
Fernandes mengungkapkan bahwa harga avtur di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Hal ini menjadi salah satu kontributor terbesar terhadap tingginya biaya operasional maskapai penerbangan.
Berdasarkan website PT Pertamina menunjukkan bahwa harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta pada periode 1-30 September 2024 mencapai Rp13.211,31 per liter.
Selain harga avtur, Fernandes juga menyoroti masalah pajak ganda yang dikenakan pada sektor penerbangan di Indonesia. Tidak hanya maskapai yang dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN), tetapi juga penumpang, bahkan hingga pembelian suku cadang pesawat. Hal ini tentu saja meningkatkan biaya operasional maskapai dan berdampak pada harga tiket.
Faktor ketiga yang disebut Fernandes adalah penerapan tarif batas atas dan bawah pada tiket pesawat. Kebijakan ini, menurutnya, justru kontraproduktif karena cenderung membuat harga tiket menjadi lebih mahal. Maskapai cenderung menetapkan tarif mendekati batas atas untuk memaksimalkan pendapatan, alih-alih bersaing untuk menawarkan harga yang lebih kompetitif.
Untuk mengatasi masalah ini, Fernandes mengusulkan agar pemerintah meninjau kembali kebijakan tarif batas atas dan bawah. Dengan memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada maskapai dalam menentukan harga, diharapkan akan tercipta persaingan yang sehat dan mendorong penurunan harga tiket secara keseluruhan.
Sebagai owner dari salah satu Perusahaan penerbangan terbesar di dunia, apa yang disampaikan oleh Tony Fernandes tersebut tentang tiket mahal di Indonesia sesuatu yang tidak perlu dibantah lagi, tetapi bagaimana pemerintah memperbaikinya agar harga tiket pesawat di dalam negeri menyesuaikan dengan kondisi Masyarakat, terutama dengan pendapatan per kapitanya.
“Di Malaysia dengan pendapatan per kapita yang jauh lebih tinggi dibanding Indonesia, harganya bisa semurah itu. Jangan sampai naik pesawat di Indonesia hanya dapat dinikmati oleh kaum jet set saja, sedangkan kelompok pendapatan rendah menggunakan sarana transportasi lainnya,” kata Parlaungan.


