TERASBATAM.ID – Pejabat senior Indonesia menyatakan bahwa insiden yang melibatkan pesawat tempur Rafale Angkatan Udara India selama konflik bersenjata baru-baru ini antara Pakistan dan India memberikan dasar “penilaian yang sah dan beralasan” terhadap efektivitas jet tempur generasi 4.5 buatan Prancis yang akan diterima Indonesia tahun depan. “Perubahan nada” ini terjadi setelah pesawat tempur J-10C buatan Tiongkok milik Angkatan Udara Pakistan diduga menembak jatuh tiga pesawat tempur Rafale Angkatan Udara India pada hari-hari pertama konflik di antara Islamabad dan New Delhi.
Meskipun demikian, Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Dave Laksono, yang mengawasi urusan pertahanan, menegaskan bahwa klaim yang belum terverifikasi di medan perang tidak dapat dijadikan satu-satunya dasar utama dalam mengkaji keberhasilan atau kegagalan sistem persenjataan. Laksono mencontohkan, bahkan pesawat tempur paling canggih sekalipun seperti F-16, F/A-18, dan F-22 pernah ditembak jatuh atau jatuh karena situasi taktis tertentu. Oleh karena itu, menurutnya, kinerja Rafale tidak dapat dinilai hanya berdasarkan satu insiden yang belum sepenuhnya dikonfirmasi.
Indonesia sendiri dijadwalkan akan menerima gelombang pertama enam pesawat tempur Rafale pada Februari 2026. Pembelian ini merupakan bagian dari kontrak 42 pesawat tempur buatan Prancis senilai 8,1 miliar dollar AS yang ditandatangani pada tahun 2022. Pesawat-pesawat ini akan ditempatkan di dua Pangkalan Angkatan Udara (Lanud), yakni di Pekanbaru, Riau, dan Pontianak, Kalimantan Barat. Meskipun ada insiden tersebut, para pengamat pertahanan tetap mengakui bahwa Rafale adalah salah satu pesawat tempur terbaik di dunia saat ini, menekankan pentingnya penguasaan dan keahlian dalam mengoperasikannya.
(sumber: https://defencesecurityasia.com)


