TERASBATAM.id: PT PLN Batam kembali membuktikan kualitas pengelolaan sumber daya manusianya dengan meraih dua penghargaan bergengsi dalam ajang TOP Human Capital Awards 2024. Acara yang digelar Majalah Top Business pada Rabu (30/10/2024) ini menjadi ajang apresiasi bagi perusahaan-perusahaan yang berhasil menerapkan sistem manajemen sumber daya manusia (HCMS) secara efektif.
PLN Batam tidak hanya meraih predikat Bintang Lima, Level Sangat Ekselen (Luar Biasa) dalam kategori TOP Human Capital Awards 2024, tetapi Direktur Keuangan, Manajemen Risiko, dan Human Capital PLN Batam, Pardamean Matondang, juga dinobatkan sebagai The Most Committed Human Capital Leader 2024.
Penghargaan ini menunjukkan komitmen PLN Batam dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan inovatif. Pardamean Matondang dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih dan menyatakan bahwa penghargaan ini akan menjadi motivasi untuk terus meningkatkan kinerja perusahaan.
“Penghargaan ini tidak hanya menjadi kehormatan bagi kami, tetapi juga menjadi sumber motivasi baru bagi kami untuk terus memberikan yang terbaik dalam mewujudkan visi PLN Batam,” ujar Pardamean.
Menjadi pembicara kunci di acara puncak Top Human Capital Awards 2024, Menteri Abdul Kadir Karding mengatakan perlunya bagi perusahaan di Indonesia untuk terus menaikkan skill karyawan.
“Perusahaan masa kini, perlu berkompetisi dengan baik dan terus menaikkan keterampilan dan kompetensi karyawannya. Kemudian, loyalitas pun sangat penting. Jadi, perusahaan sehat adalah yang punya (karyawan) loyalitas dan solid,” kata Menteri Abdul Kadir.
Selanjutnya, Menteri Abdul Kadir membahas tentang perlunya pencegahan eksploitasi pekerja migran Indonesia.
”Saat ini pemerintah terus melakukan upaya pencegahan eksploitasi pekerja migran Indonesia karena kontribusi pekerja migran Indonesia sangar besar dengan nilai bisa mencapai Rp227 triliun per tahun. Namun, mayoritas yang berangkat ke luar negeri berasal dari jalur non-prosedur atau pun ilegal. Pekerja tersebut banyak kekurangan keterampilan kerja dan kemampuan berbahasa sehari-hari di negara tujuannya. Sehingga mereka menjadi sasaran eksploitasi,” jelasnya lagi.


