TERASBATAM.ID – Dalam dunia yang serbacepat dan penuh riuh, sosok yang irit komentar sering kali menjadi teka-teki menarik. Mustofa Widjaja, yang akrab disapa Pak Mus, adalah salah satu di antaranya. Mantan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam terlama sepanjang sejarah sejak lembaga ini berdiri, memimpin dari periode 2005 hingga 2016 atau 11 tahun, ia dikenal sebagai narasumber yang sulit diakses media pada awal kepemimpinannya, namun kemudian menunjukkan pergeseran ke arah keterbukaan yang selektif. Karakternya yang tenang, taktis, dan terfokus pada pekerjaan, bukan pada sensasi, menjadikannya figur yang unik di tengah pejabat publik.
Seorang jurnalis yang pernah berinteraksi intens dengan Pak Mus, menggambarkan pengalamannya. Pada pertengahan 2015, ketika seorang temannya seorang jurnalis dari salah satu surat kabar asing ingin mewawancarai Pak Mus, ada keraguan besar. Pak Mus dikenal sangat membatasi komentarnya di media, baik lokal maupun nasional. Namun, di luar dugaan, Pak Mus bersedia. Ia bahkan mempersiapkan bahan dan data dengan rinci, menunjukkan profesionalisme tinggi. “Biar tidak keliru,” katanya suatu ketika, menggambarkan kehati-hatiannya dalam memberikan informasi. Interaksi ini menunjukkan bahwa di balik citra irit komentar, Pak Mus adalah sosok yang ramah dan menghargai peran media dalam menyampaikan informasi, asalkan akurat dan terverifikasi.

Keterbukaan Pak Mus, meskipun selektif, menjadi lebih terasa pada periode kedua kepemimpinannya di BP Batam. Akses komunikasi terasa lebih mudah, meski substansi pembicaraan lebih sering menjadi “background” daripada kutipan langsung. Ia piawai menciptakan suasana hening dalam wawancara, yang bagi jurnalis bisa menjadi “malapetaka” namun baginya adalah cara elegan untuk mengakhiri sesi. Contoh paling kentara adalah ketika isu seorang pejabat BP Batam bergabung dengan ISIS mengemuka. Pak Mus tidak menghindar, bahkan bersedia ditemui secara khusus untuk menjelaskan dengan rinci, meskipun banyak informasi disampaikan secara off the record. Ia memahami tugas wartawan yang terkadang harus mengajukan pertanyaan sulit. “Saya tahu dan harus menghargai teman-teman wartawan, pertanyaan yang sulit-sulit seperti ini merupakan tugas kalian,” ucapnya, menunjukkan empati.
Mustofa Widjaja adalah seorang birokrat tulen yang merintis karier selama lebih dari tiga dekade di lembaga yang dulunya bernama Otorita Batam. Jabatan Direktur Pemukiman, Tenaga Kerja dan Prasarana Wilayah serta Deputi Pengawasan dan Pengendalian pernah diembannya. Penunjukannya sebagai Ketua Otorita Batam oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005 sempat mengejutkan banyak pihak, mengingat sosoknya yang kalem dan tidak menonjol dalam hiruk-pikuk politik. Namun, justru karakter inilah yang menjadi kekuatannya; kesan independen dan bebas dari kepentingan tertentu menjadikannya pilihan ideal untuk memimpin lembaga yang menuntut profesionalisme tinggi. Ia diibaratkan pemain golf: senyap, terfokus, dan hanya tahu kapan harus mengayunkan pukulan untuk mencapai target.
Perkembangan Terkini: Setelah Purna Tugas dan Jejak Politik Singkat
Setelah purna tugas dari BP Batam pada tahun 2016, Mustofa Widjaja tidak lagi banyak tampil di ranah publik atau menduduki jabatan strategis di pemerintahan. Ia pernah mencoba peruntungan di kancah pemilihan legislatif, namun upaya tersebut tidak berhasil membawanya ke parlemen. Berdasarkan informasi yang tersedia, beliau memilih untuk menjaga privasinya, jauh dari sorotan media. Meskipun demikian, warisan kepemimpinannya di Batam tetap relevan dalam konteks pembangunan ekonomi dan infrastruktur di kawasan tersebut. Kehati-hatian dalam berkomunikasi dan fokus pada pencapaian nyata menjadi ciri khas yang masih membekas dalam ingatan para kolega dan media yang pernah berinteraksi dengannya. Batam, dengan segala dinamikanya, tentu pernah merasakan sentuhan kepemimpinan yang senyap namun meninggalkan jejak signifikan dari seorang Mustofa Widjaja.


