TerasBatam.id — Akhirnya mayat Wendi Setia Pratama (25), pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal penangkap ikan berbendera China tiba di Pulau Galang Baru, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (30/12) sore. Jenazah Wendi tiba di tanah air setelah terlunta-lunta di lautan Timur Tengah lebih dari 1 bulan karena tidak ada kepastian dapat kembali ke Indonesia di tengah pandemi Covid-19.
Pemulangan jenazah Wendi bersama 5 orang PMI lainnya bisa dilakuan berkat kerja sama yang kedua antara Pemerintah RI dan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) serta peran aktif dari perusahaan penyalur PMI tersebut.
Proses repatriasi 6 orang PMI tersebut berawal dari laporan PT Puncak Jaya Samudera, perusahaan penyalur PMI kepada Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri pada 16 November 2020 lalu. Laporan tersebut terkait dengan meninggalnya PMI atas nama Wendi Setia Pratama karena sakit serta 5 orang ABK lainnya yang telah habis kontrak.
Direktur PT Puncak Jaya Samudera Herman Suprayogi, Rabu (30/12/2020), saat ditemui di sela-sela proses repatriasi mengatakan, laporan tersebut disampaikan kepada Kemenlu terkait penanganan lebih lanjut terhadap mayat WNI di kapal sehubungan dengan adanya larangan untuk melarungkan jenazah/mayat ke laut setelah proses tersebut dinilai kurang beretika di tanah air.
“Kami laporkan terkait proses pemulangannya ke tanah air, karena di tengah pandemi Covid ini kami kesulitan memulangkan mereka ke tanah air,” kata Herman.
Menurut Herman,Wendi Setia Pratama meninggal pada 16 November 2020 di sekitar perairan Oman di Timur Tengah. Pada saat itu pihaknya berencana untuk memulangkan yang bersangkutan melalui Oman, namun negara tersebut tidak menerima jenazah warga negara asing.
“Akhirnya kami minta bantuan Kemenlu untuk memulangkannya, dan disepakati dilakukan repatriasi dengan pekerja migran lainnya yang habis kontrak melalui Pelabuhan PT Bias di Pulau Galang Baru ini,”kata Herman.
Menurut Herman, untuk selanjutnya jenazah Wendi Setia Pratama akan dilakukan otopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepri di Batam untuk memastikan penyebab kematiannya. Sedangkan 5 orang PMI lainnya atas nama Jeni Kamaluddin (26), Muhammad Abdal (22), Saiful Lukman (22), Rusdiana (29) dan Samfarid Fauzi (33) akan dilakukan karantina selama 5 hari di Shelter Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) di Batam sesuai dengan protokol kesehatan.
“Proses pemulangan ini berjalan sesuai dengan prosedur,” kata Herman.
Menurut Herman, pascapandemi Covid-19, proses repatriasi anak buah kapal (ABK) kembali ke tanah air yang dilakukan melalui Batam merupakan yang kedua kalinya, setelah pada bulan April lalu sebanyak 155 anak buah kapal warga negara Indonesia di repatriasi melalui Belitung.
“Secara kesepakatan internasional, awak kapal yang meninggal di tengah laut dapat dibuang atau dilarungkan ke laut dengan pertimbangan kesehatan dan ditengah wabah covid saat ini, tetapi karena kejadian video yang viral beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia berupaya untuk tidak lagi terjadi mayat ABK Indonesia yang dibuang,” kata Herman.
Herman mengakui bahwa kebijakan tersebut membuat jenazah Wendi Setia Pratama harus dipertahankan hingga kembali ke tangan keluarganya di tanah air, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri bekerja keras agar jenazah tersebut dapat pulang ke Indonesia.
“Dan hari ini akhirnya jenazah itu sampai, setelah proses otopsi kami akan menyerahkannya kepada pihak keluarga,” kata Herman.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri melalui keterangan tertulisnya yang dibagikan kepada Media di lokasi pelabuhan menyampaikan bahwa sebanyak enam ABK WNI, termasuk satu jenazah, berhasil direpatriasi ke Tanah Air melalui jalur laut menuju Batam, Kepulauan Riau. Ke-6 ABK yang bekerja di kapal ikan berbendera RRT tersebut dipulangkan menggunakan Kapal Hai Ji Li.
Keseluruhan ABK tersebut telah tertahan kepulangannya selama berbulan-bulan di sekitar perairan Laut Arab. Dua ABK WNI berasal dari kapal Han Rong 369 dan tiga ABK WNI dari kapal Han Rong 361. Sedangkan satu jenazah ABK berasal dari kapal Han Rong 365 yang diduga meninggal karena sakit pada pertengahan November 2020.
Komunikasi intensif dilakukan Kemlu dengan Pemerintah RRT melalui Kedutaan Besar RRT di Jakarta serta melalui KBRI Beijing dan KJRI Guang Zhou untuk mendorong opsi pemulangan langsung ke Indonesia melalui jalur laut.


