TERASBATAM.ID – Aroma kopi Arabika Toraja yang pekat menjadi saksi bisu hari-hari terakhir Mokka Coffee Cabana di Gedung Jaya, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Kamis (31/07/2025) menjadi penutup babak bagi kedai kopi yang sempat menjadi tempat singgah favorit Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Senja itu, suasana kedai kopi terasa berbeda. Pramusaji sibuk melayani para pelanggan dengan senyum tipis, di balik pengumuman diskon 50 persen untuk seluruh menu. Diskon ini bukan untuk merayakan sesuatu, melainkan sebagai salam perpisahan. “Karena ini hari terakhir,” ujar seorang pramusaji kepada pelanggan. Mulai 1 Agustus 2025, Mokka Coffee Cabana resmi menutup pintunya di lokasi strategis tersebut.
Bagi Tum Jen, seorang penggemar kopi asal Batam yang khusus datang, kabar ini sungguh mengejutkan. Ia mengaku sengaja mampir ke sana setelah melihat unggahan AHY di media sosial. “Wah ini tempat nongkrong Pak AHY, kan? Saya datang ke sini karena beliau saya lihat di media sosialnya pernah ke sini,” katanya.
Sang pramusaji membenarkan, “Betul, Pak AHY sudah tiga kali kemari, namun pengawalnya sering sekali ngopi di sini.” Mokka Coffee Cabana memang dikenal dengan konsepnya yang luas dan modern, menjadikannya tempat ideal bagi pekerja kantoran, termasuk para pejabat dan stafnya. Letaknya yang bersebelahan langsung dengan kantor Kemenko Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan membuat tempat ini menjadi pilihan praktis bagi AHY dan timnya.
Di balik kabar penutupan ini, terungkap alasan yang pelik. Sang pramusaji membocorkan bahwa harga sewa yang naik drastis menjadi penyebab utamanya. Manajemen gedung disebut ingin mengakomodasi tenant lain yang siap bersaing langsung (head-to-head) dengan berbagai franchise makanan yang sudah lebih dulu berdiri di area tersebut. Sementara itu, nasib para pegawai di cabang ini tidak terlantar. “Saya dan teman-teman di cabang ini akan disebar ke cabang yang lain,” kata pramusaji tersebut, mencoba tersenyum di tengah suasana perpisahan.
Mokka Coffee Cabana, yang menyajikan biji kopi pilihan dari lima daerah di Indonesia, seperti Toraja, Papua, Bali, Aceh, dan Jawa, kini harus mencari babak baru. Kisah kedai kopi ini menjadi cerminan kerasnya persaingan bisnis di pusat ibu kota, di mana lokasi strategis dan popularitas tak selamanya menjamin kelanggengan


