TERASBATAM.ID – Gebyar Melayu Pesisir”, sebuah acara bincang media yang digelar Bank Indonesia (BI) Kepulauan Riau (Kepri), menjadi platform bagi BI dan Pemerintah Provinsi Kepri untuk memaparkan strategi ekonomi mereka. Dengan mengusung kearifan lokal Melayu, kedua lembaga ini bertekad mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar memiliki daya saing tinggi dan menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kepala Kantor Perwakilan BI Kepri, Rony Widijarto, pada Jumat (15/08/2025), mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan II 2025 mencapai 7,14%, angka tertinggi dalam satu dekade terakhir. “Angka ini menempatkan Kepri sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi teratas di Sumatera dan ketiga secara nasional,” jelasnya.
Menurut Rony, meskipun pertumbuhan ini impresif, masih ada tantangan, yaitu kontribusi UMKM terhadap nilai tambah ekonomi nasional yang baru mencapai 57%. Padahal, UMKM menyerap hingga 97% tenaga kerja. Oleh karena itu, melalui program “Gebyar Melayu Pesisir”, BI ingin UMKM Kepri tidak hanya menjadi penyerap tenaga kerja, tetapi juga penghasil nilai tambah signifikan.
Untuk mencapai target tersebut, BI Kepri mendorong UMKM memanfaatkan kekayaan budaya Melayu sebagai daya saing unik, terutama pada produk-produk wastra dan fesyen. “Ketika produk kita memiliki motif dan nilai budaya yang kuat, itu akan sulit ditiru dan memiliki segmen pasar tersendiri, bahkan di kancah internasional,” tutur Rony.
Sejalan dengan BI, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM) Provinsi Kepri, Riki Rionaldi, menyoroti dukungan pemerintah. Pihaknya mendapatkan alokasi dana khusus non-fisik dari APBN sebesar Rp 13,3 miliar untuk melatih 3.600 pelaku UMKM agar memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan dapat masuk ke rantai pasok industri. Selain itu, inisiatif “Kooperasi Merah Putih” juga diluncurkan di 407 desa dan kelurahan di Kepri, yang bertujuan membangun kemandirian ekonomi dari tingkat bawah.
Rony menambahkan, digitalisasi menjadi fokus penting untuk mendukung UMKM. BI mendorong penggunaan sistem pembayaran digital seperti QRIS, bahkan untuk transaksi turis asing, demi meningkatkan kenyamanan berbelanja di Kepri.
“Ekosistem digital harus siap agar wisatawan mancanegara lebih banyak berbelanja, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan UMKM kita,” pungkas Rony.


